Akibatnya, tingkat keterisian kamar di rumah sakit penuh, IGD ngantre, bahkan dirinya harus memutar otak dengan membuat tenda-tenda darurat. Namun, sebulan setelahnya, berkat dukungan semua pihak, Anies mampu menetralisir ketegangan. Penurunan kembali berada di bawah 10.000.
“Kasus aktif ini bisa turun signifikan karena kita bisa menekan penambahan kasus baru,” ungkap mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Anies lantas menganalogikan penanganan Corona di Jakarta dengan atap bocor. Selain menambah daya tampung air lewat ember, pihaknya juga berupaya menutup atap yang bocor. Maksudnya, menambah ember untuk memperbanyak fasilitas kesehatan menampung warga yang terpapar Corona. Sementara, menutup atap bocor, yakni menekan laju penularan.
“Bila atap bocornya tidak ditambal, maka air akan terus menerus turun dan sebesar apapun ember yang kita siapkan, pasti akan luber juga,” beber Anies.
Meskipun Jakarta mulai siuman dan zona hijau makin meluas, Anies memastikan, Pemprov DKI tidak akan lengah. Pengawasan terhadap pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 tetap ditingkatkan. Dia beralasan, aturan relaksasi itu sudah diatur secara terintegrasi melalui sistem pelevelan.
“Itu kan ada kriterianya dan kriterianya bisa dibaca oleh siapa saja,” imbuh pria kelahiran Yogyakarta itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami