Pembangunan infrastruktur menjadi kunci penting dalam mengejar target peningkatan ekonomi Jawa Barat dalam beberapa tahun kedepan. Namun begitu, pembangunan infrastruktur perlu dilakukan secara merata di semua wilayah agar konektivitas ekonomi bisa terbangun dengan baik.
Untuk itu, Infrastruktur Forum yang diinisiasi oleh BUMN Center Unpad, Institut Teknologi Transportasi (ITL) Trisakti, dan Bank Indonesia di wilayah Jawa Barat merekomendasikan pembangunan dan investasi infrastruktur di Jabar.
Baca Juga: KNPI Jabar Jangan Cuma Berpolitik!
Demikian terungkap dalam kegiatan Infrastruktur yang digelar BUMN Center Unpad, Institut Transportasi dan Logistik (ITL) Trisakti, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jabar dengan tema “Peningkatan Dukungan Infrastruktur Logistik untuk Daya Saing dan Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat” yang digelar secara secara daring, Sabtu sore (14/8/2021).
Ketua BUMN Center Universitas Padjadjaran (UNPAD) Yudi Azis mengatakan kriteria prioritas pembangunan infrastruktur jabar saat ini adalah membangun konektifitas Infrastruktur yang berbasis digital teknologi.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan sejumlah cara. Diantaranya melalui creative financing sebagai diversifikasi sumber pembiayaan serta memanfaatkan digital banking, kemudian melalui inter konektivitas hub dan digitalitasi logistik antara Jabar utara dan selatan, dengan menjaga pengelolaan Ekonomi Kawasan Konservasi Berbasis Teknologi, dengan prioritas bagi pengembangan agro industri dan pariwisata.
“Sinergitas antar stakeholders dengan pendekatan Pentahelix ini untuk penguatan konektivitas, regulasi, dan penetapan prioritas, serta debottlenecking infrastruktur logistik baik di tingkat nasional terkait jabar maupun ditingkat regional Jabar,” ungkapnya.
Menurutnya, terdapat 21 poin rekomendasi yang dihasilkan kegiatan Infrastruktur forum. Beberapa poin diantaranya, akses ke Pelabuhan Patimban dengan menggunakan kereta api dari Stasiun Pegadenbaru (36,4 km) akan mendorong pertumbuhan Petikemas melalui Pelabuhan Patimban, apalagi bila mengoperasikan kereta api kontainer bertingkat yang tidak memungkinkan lagi melalui Pelabuhan Tanjung Priok karena hambatan jalan layang.
Sementara itu, untuk mendukung rencana pembangunan ekonomi di Kawasan Rebana dan Jabar Selatan, telah direncanakan pembangunan dan peningkatan infrastruktur baik transportasi, telekomunikasi, pengairan, dan energi.
Kebutuhan dana untuk pembangunan ekonomi dan infrastruktur Jabar diharapkan dari APBD, APBN, Pinjaman Daerah, CSR, Obligasi Daerah, KPBU/PPP dan Dana Umat. Diharapkan KPBU lebih berperan.
Selanjutnya, Bank Indonesia Jawa Barat telah berperan strategis dan sinergis dalam mendukung pembangunan perekonomian Jabar. Terdapat tiga rekomendasi untuk akselerasi pembangunan di jabar yaitu diversifikasi sumber pembiayaaan, sinergi antar stakeholder, dan pengelolaan ekonomi kawasan konservasi berbasis teknologi.
“Rekomendasi ini diharapkan menjadi satu kado ulang tahun ke-76 bagi Provinsi Jawa Barat pada 19 Agustus 2021,” pungkasnya.
Adapun, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan saat ini pihaknya terus menggenjot investasi untuk pembangunan Jawa Barat. Sejak 2020 lalu, telah ada komitmen investasi hingga Rp380 triliun. Selain itu pihak nya juga terus menggenjot skema pembiayaan lainnya.
Saat ini, lanjutnya, minat investasi kepada Jabat cukup tinggi. Ada tiga hal yang menyebabkan Jawa Barat cukup menarik investasi, yaitu kesiapan infrastruktur, SDM yang produktif, dan kualitas pelayanan investasi yang baik. Kemudian konsep penyetaraan pembangunan antara selatan, Bandung Raya, Bodebek Punjur, dan Rebana utara.
"Kita tidak bisa membangun jabar hanya menggunakan dana APBD, tapi juga perlu alternatif lain seperti pinjaman daerah, CSR, obligasi daerah, dana keumatan, dan BLU untuk mendanai berbagai proyek," katanya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Herawanto mengatakan, pemerintah menargetkan ekonomi Indonesia bisa tumbuh sebesar 6 persen hingga tahun 2022. Namun untuk mengejar pencapaian itu, infrastruktur Indonesia harus digenjot lagi. Saat ini, peringkat infrastruktur Indonesia peringkat 57 di dunia. Alokasi pembangunan infrastruktur hingga Rp417 trilliun diharapkan bisa terdistribusi ke Jawa Barat.
"Untuk di Jabar, ekonomi kita berada di urutan ketiga terbesar di Indonesia. Infastruktur Jabar menjadi kunci agar bisa dorong ekonomi nasional. Setidaknya, jika anggaran Rp417 triliun terealisasi ke Jabar, bisa memberi PDRB sampai 0,45%. belum lagi multiplayer efek lainnya dan memberi dampak jangka panjang," ungkapnya.
Meskipun demikian, pembangunan infrastruktur yang merata diperlukan antara utara dan selatan Jawa Barat. Kawasan selatan Jabar harus dipercepat lagi. Kawasan itu memiliki potensi pariwisata dan agribisnis.
Oleh karena itu, untuk merealisasikan pembangunan infrastruktur di Jabar terutama wilayah selatan, Herawanto merekomendasikan beberapa hal penting. Pertama dari sisi pembiayaan perlu didorong creative financing dengan skema pembiayaan memanfaatkan bank lokal dan asing. Kemudian sinergi antar stakeholder dengan dibentuk gugus tugas untuk mengatasi berbagai persoalan di lapangan seperti pembebasan lahan dan lainnya. Terakhir adalah pengelolaan ekonomi kawasan konservasi berbasis teknologi.
"Maka untuk pengembangan Jabar selatan perlu dukungan infrastruktur, seperti pusat distribusi dan pelabuhan. Kemudian pembangunan jaringan telekomunikasi untuk pengembangan pariwisata," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Guru Besar Fakultas Bisnis dan Ekonomi UNPAD, Ina Primiana mengatakan, jalur logistik saat ini lebih banyak di bagian barat. Ada jalan tol, kereta api, pelabuhan, dan lainnya seperti Tanjung priok dan Bandara Soekarno Hatta.
"Sementara ekspor terbesar selama ini dari Jabar, misalnya pada Juni 2021 tumbuh 15 persen. Sehingga sangat penting Jabar punya pelabuhan sendiri. Kita juga harus memperhatikan Jabar bagian timur, karena ternyata lengkap juga di sana. Apalagi industri pengolahan bisa tumbuh sampai 41 persen, sementrara transportasi dan pergudangan hanya tumbuh 5%," jelasnya.
Dia menilai perlu ada sesuatu yang sangat menarik, sehingga investasi bisa datang ke Jabar timur baik utara atau selatan. Namun, Jabar perlu dibangun infrastruktur logistik yang terintegrasi untuk menekan cost.
"Harus sesuai dengan karakteristik industri komoditas. Kemudian memanfaatkan minat investasi di Jabar dengan memaksimalkan regulasi yang tidak berubah," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: