Sementara kepercayaan pada tokoh sipil terpecah pada kader partai politik (25 persen), agamawan (13 persen), pengusaha (8 persen), intelektual/pemikir (4 persen), dan tidak menentukan (50 persen).
IPO terlebih dulu menentukan sejumlah desa untuk menjadi sampel. Setiap desa terpilih akan dipilih secara acak –menggunakan random kish grid paper– sejumlah 5 rukun tetangga (RT).
Baca Juga: Anies Baswedan Rayu Warga DKI Jakarta untuk...
Pada setiap RT dipilih 2 keluarga, dan setiap keluarga akan dipilih 1 responden dengan pembagian laki-laki untuk kuesioner bernomor ganjil, perempuan untuk bernomor genap, sehingga total responden laki-laki dan perempuan pada pembagian 50:50 persen.
Pada tiap-tiap proses pemilihan, selalu menggunakan alat bantu berupa lembar acak. Metode ini memiliki pengukuran kesalahan (sampling error) 2.5 persen, dengan tingkat akurasi data 97 persen.
Setting pengambilan sampel menggunakan teknik multistage random sampling (MRS), atau pengambilan sampel bertingkat. Survei ini mengambil representasi sampel berjumlah 1.200 responden yang tersebar proporsional secara nasional.
Teknik tersebut memungkinkan setiap responden mempunyai peluang yang sama untuk dipilih, atau tidak dipilih menjadi responden. Untuk menguji validitas responden, IPO melakukan spot check pada 20 persen dari total populasi sampel.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo