Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Lebih dari 3 Abad Saint-Gobain jadi Konglomerat Bahan Bangunan

Kisah Perusahaan Raksasa: Lebih dari 3 Abad Saint-Gobain jadi Konglomerat Bahan Bangunan Kredit Foto: Union Leader/Kimberly Houghton
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saint-Gobain adalah perusahaan multinasional terkemuka yang terutama dikenal untuk pembuatan bahan bangunan dan yang paling menonjol, yakni kaca. Perusahaan ini berbasis di Prancis dan terdaftar dalam daftar perusahaan raksasa versi Fortune Global 500.

Tahun 2020 lalu, Fortune mencatat Saint-Gobain di peringkat ke-244 dunia, dengan total pendapatan (revenue) sebesar 47,65 miliar dolar AS. Posisinya ternyata merosot 18 poin dari tahun sebelumnya, dikarenakan adanya penurunan revenue sebesar 3,3 persen.

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Zhejiang Geely, Manufaktur Otomotif Milik Raja Bisnis China

Saint-Gobain menghasilkan keuntungan pada 2020 mencapai 1,57 miliar dolar. Keuntungannya tahun ini meroket hingga 217,5 persen dari 2019. Untuk lainnya, seperti aset perusahaan mencatat sekitar 56,10 miliar dolar dalam tahun itu.

Warta Ekonomi akan mengulasnya dalam artikel kisah perusahaan raksasa pada Kamis (19/8/2021). Simak selengkapnya dalam tulisan sebagai berikut ini.

Dimulai hampir 350 tahun yang lalu, Saint-Gobain telah membangun basis pasar di seluruh dunia. Selain kaca, juga dikenal untuk produksi keramik, plastik, abrasive, eternit gipsum, kemasan dan bahan lain yang tak terhitung jumlahnya yang dibutuhkan dalam konstruksi.

Pada 2015, perusahaan memiliki kantor di Afrika, Asia, Amerika Utara dan Selatan, Australia dan Eropa. Ini memiliki tenaga kerja 185.364 orang dan omset 42,025 miliar USD per tahun. Pierre-André de Chalendar saat ini menjabat sebagai CEO dan Ketua perusahaan.

Asal usul Saint-Gobain berasal dari pertengahan abad ketujuh belas ketika cermin populer di kalangan masyarakat kelas atas di seluruh Eropa; tetapi sebagian besar, barang-barang produksi Italia diminati karena sebagian besar negara tidak tahu seni menghasilkan produk yang sesuai dengan kualitas.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: