Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bisnis Hulu Migas Masih Moncer, Perbankan Nasional Nggak Main-Main, Siap Dukung Penuh!

Bisnis Hulu Migas Masih Moncer, Perbankan Nasional Nggak Main-Main, Siap Dukung Penuh! Dwi Soetjipto | Kredit Foto: Panpel Webinar

Sementara itu, Direktur Kelembagaan dan BUMN PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), Agus Noorsanto, menyatakan sebagai perbankan nasional siap mendukung pembiayaan bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS ).

Tak hanya itu, ia juga menyatakan bahwa seharusnya pemerintah mendorong KKKS untuk melibatkan bank-bank Himbara untuk memuhi pembiayaan. 

"Harapannya agar bagaimana peran industri perbankan khususnya bank himbara bisa meningkat pada industri hulu migas, ini juga dalam rangka untuk mendukung peningkatan penerimaan negara. Jadi KKKS dan industri penunjangnya perlu mengutamakan penggunaan bank negara dalam memenuhi transaksi perbankan," katanya.

Sementara itu, tercatat hingga Mei 2021, pembiayaan Himbara pada sektor hulu migas cukup besar, seperti pertambangan mencapai Rp128 triliun.

Namun, meski turun 12,9 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sektor hulu migas tetap menjadi daya pikat bagi industri pembiayaan.

"Dari sisi NPL (non performing Lian / kredit macet) sektor ini juga relatif terjaga atau rendah dibandingkan sektor lain seperti makanan dan minuman. Sektor migas (pertambangan) NPLnya di level 4,9 persen, ini cukup rendah dibandingkan tahun lalu sebesar 5 persen. Ini pertanda baik," ucapnya.

Adapun, Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan membeberkan bahwa kendati investasi di sektor hulu migas saat ini mengalami penurunan, tetapi nilainya masih cukup besar yaitu pada tahun 2021 ini ditargetkan mencapai US$12,38 miliar.

"Jadi sebenarnya industri hulu migas masih sangat menjanjikan karena nilai investasi yang cukup besar dan signifikan," tuturnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan pemerintah melalui SKK Migas saat ini terserus menggenjot nilai investasi tersebut kian naik dari tahun ke tahun demi mewujudkan target produksi minyak 1 juta barel per hari dan 12 BSCFD gas pada tahun 2030 mendatang.

"Ini pastinya akan membutuhkan investasi yang sangat besar," ujarnya.

"Jangan sampai apa yang kita miliki di bumi Indonesia diambil alih oleh bank swasta lain yang akhirnya dilempar ke luar negeri dan memperkaya orang lain. Alangkah lebih baiknya ini dimanfaatkan oleh industri (perbankan) nasional kita dan oleh BUMN-BUMN kita," tukasnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: