Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Taliban Cepat Runtuhkan Militer dan Pemerintah Afghanistan Berkat Strategi Komunis Mao Zedong

Taliban Cepat Runtuhkan Militer dan Pemerintah Afghanistan Berkat Strategi Komunis Mao Zedong Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid. | Kredit Foto: AP Photo/Rahmat Gul
Warta Ekonomi, Jakarta -

Siapa yang menyusun strategi kemenangan Taliban di Afghanistan? Jawabannya mungkin mengejutkan: Mao Zedong. Pemimpin revolusi Komunis China ini memiliki pengaruh yang kuat di Afghanistan.

Dia bisa dianggap sebagai Bapak Perlawanan Modern: ajarannya antara lain menginspirasi gerakan FARC di Kolombia, Al Qaeda dan ISIS.

Baca Juga: Kata Guru Besar UI soal Pengakuan Taliban Sebagai Pemerintah Sah di Afghanistan

Pada tahun 2004, ahli strategi Abu Bakr Naji dari kelompok perlawanan Islam merilis dokumen yang berjudul "Managemen Kebiadaban" — sebuah pola peran berkelanjutan. Artikel ini menjadi buku teks perlawanan kelompok Islam namun isinya meminjam strategi Mao Zedong.

Guillaume Beaurpere, seorang letnan di angkatan darat Amerika Serikat, yang pernah bertugas di Irak dan mempelajari ideologi Al Qaeda, mengaitkan strategi kelompok Islam dengan doktrin Mao.

Menurut dia, meski "situasi dan motivasi" revolusi Komunis China berbeda dengan kelompok Islam, namun sangat terbukti strateginya sama-sama menggunakan doktrin Mao.

Di Vietnam, Ho Chi Minh mengatur strategi untuk mengalahkan Amerika Serikat dengan memanfaatkan pengalamannya di China sebagai penasehat Partai Komunis pimpinan Mao.

Mao telah menyusun teks untuk kekalahan Amerika, mulai dari jatuhnya Kota Saigon hingga Kota Kabul.

Namun dia mengklaim kemenangannya sendiri atas Amerika dalam pertempuran menentukan Ch'ongch'on dalam Perang Korea, ketika pasukannya menang atas pasukan Jenderal Douglas MacArthur, memicu kemunduran terbesar dalam sejarah militer AS.

Perang yang digambarkan di Amerika Serikat sebagai "perang yang terlupakan" itu menjadi salah satu pertempuran paling berpengaruh di abad ke-20 dan masih dirayakan di China saat ini.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: