Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Dulu Ajarkan Islam Moderat ke Taliban, tapi Efeknya yang Didapatkan...

Indonesia Dulu Ajarkan Islam Moderat ke Taliban, tapi Efeknya yang Didapatkan... Kepala Biro Politik Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar menerima cenderamata usai pertemuan di rumah dinas Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla di Jakarta, 27 Juli 2019. | Kredit Foto: Courtesy
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia pernah berusaha memperkenalkan pendekatan Islam moderat kepada Taliban, sebelum kelompok fundamentalis tersebut kembali menguasai Afganistan serta memicu ketakutan terhadap represifitas pemerintah.

Karenanya, sejumlah analis menilai upaya 'ekspor' Islam moderat dari ormas-ormas Islam Indonesia kepada Taliban dinilai hanya memiliki keberhasilan yang tidak signifikan.

Baca Juga: Merinding! Sambil Bawa-bawa Bendera Afghanistan, Rakyat Teriakkan 'Bunuh dan Tembak Kami'

Dalam tiga tahun terakhir, Indonesia melalui organisasi kemasyarakatan Islam dan Majelis Ulama Indonesia secara aktif terlibat dalam proses bina damai (peace-building) di Afghanistan, walaupun bukan sebagai aktor utama.

Salah satu bentuk upaya tersebut adalah mengundang perwakilan Taliban dan pemerintah Afghanistan ke Jakarta pada 2019.

Dalam pertemuan itu, perwakilan Taliban, Mullah Abdul Ghanis Baradar berdiskusi dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla, pimpinan Nahdlatul Ulama (NU), dan Majelis Ulama Indonesia tentang moderasi beragama.

Sekjen PBNU, Helmy Faishal Zaini menceritakan bagaimana waktu itu ketua NU Said Aqil Siradj memaparkan Indonesia sebagai contoh masyarakat Muslim yang tidak menghadap-hadapkan agama dengan negara, agama dengan budaya.

"Nilai agama melebur menjadi spirit kebangsaan, kemudian terjadi akulturasi budaya antara agama dengan budaya lokal, melahirkan suatu tradisi dan kearifan-kearifan lokal," kata Helmy kepada BBC News Indonesia.

Helmy mengatakan bahwa NU, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, terus berusaha melakukan diplomasi politik luar negeri untuk mengajak semua pihak di Afghanistan membangun spirit moderasi dalam beragama.

Usaha diplomasi tersebut bertujuan mencegah kekerasan dalam praktik pemerintahan di Afghanistan serta memastikan perlindungan terhadap hak asasi manusia, terutama pada perempuan dan anak-anak.

"Itulah prinsip Islam wasathiyyah di mana menjadikan nilai agama sebagai sumber kebaikan untuk senantiasa, pertama membangun perdamaian, kedua membangun ta'awun atau kerja sama untuk tolong-menolong, dan ketiga membangun peradaban yang unggul."

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: