Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Disimak! Begini Cerita Perempuan yang Hidup saat Taliban Kuasai Afganistan Tahun 1999

Disimak! Begini Cerita Perempuan yang Hidup saat Taliban Kuasai Afganistan Tahun 1999 Kredit Foto: Reuters

"Suatu pagi di pertengahan Juni 1999, ayah saya baru saja selesai sarapan, dan bersiap untuk pergi bekerja.

"Dia menatap saya, dan tersenyum ketika dia menaiki sepeda dan pergi.

"Beberapa menit kemudian, beberapa orang tetangga mendatangi rumah kami dengan membawa sepeda ayah saya. Mereka mengatakan, Taliban telah membawanya.

"Saya tak akan lupa wajah ibu saya saat itu. Wajah ibu membeku karena kaget.

"Dia meraih tangan adik laki-laki saya yang berusia lima tahun, lalu lari keluar pintu, putus asa untuk menemukan ayah.

"Malam harinya ibu saya kembali, seolah dengan beban di pundaknya.

"Tak ada kabar berita tentang ayah saya, tak ada kabar dia ada di mana atau apakah dia masih hidup.

"Paman saya dan teman-temannya tak berhasil mencari tahu di mana ia ditahan.

"Saban hari, ibu saya pergi ke kantor Taliban. Mereka menolak untuk mendengarkan ibu saya.

"Setelah lelah lelah berjalan, paman saya pergi ke Kandahar di mana dia mendapat informasi Taliban memindahkan beberapa tahan. Tapi itu juga tak ada kabar.

"Kemudian, dia pergi ke Kabul dan Mazar-i-Sharif. Tapi hasilnya sama-sama nihil.

"Tetangga kami yang menyaksikan penangkapan ayah, yakin betul. Mereka telah melihat anggota Taliban yang sama yang menangkap tetangga lainnya, dan kemudian melepaskan mereka dari penjara di Herat.

"Ibu saya sangat kuat, seperti singa, dia tak akan membiarkan ayah hilang begitu saja.

"Ia melawn nasihat dari keluarga. Dia membawa adik laki-laki saya (karena di bawah pemerintahan Taliban, perempuan hanya boleh bepergian dengan laki-laki meskipun itu hanya anak laki-laki) dan pergi ke Kandahar ke kantor pimpinan Taliban, Mullah Omar.

"Taliban memukul dan mengancamnya. Mereka mengatakan, jika ibu memunculkan diri lagi, maka akan dihukum rajam. Ibu saya kembali ke rumah dengan kecewa, dan pasrah."

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: