Rendahnya budaya literasi diawali dari rendahnya budaya baca. Penghakiman dunia internasional terhadap rendahnya angka budaya baca Indonesia seakan sudah menjadi pembenaran. Ironisnya, banyak pihak memamerkan kondisi tersebut dalam berbagai forum. Seperti menebalkan pernyataan tersebut. Maka, penguatan peran sisi hulu bagi peningkatan literasi mutlak dilakukan sesegera mungkin.
Jangan lagi menyalahkan masyarakat sebagai pihak yang dikambinghitamkan atas rendahnya literasi. Justru, penguatan dari para eksekutif, pelaku seni, sastrawan, dosen, budayawan inilah yang mesti diperkuat untuk pertumbuhan ekosistem literasi di Tanah Air.
Baca Juga: Perpusnas: Perpustakaan Berkualitas adalah yang Bermanfaat untuk Warga
"Mereka harus membantu Indonesia lepas dari stigma tersebut," ujar Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando pada kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) yang digelar di Kota Mataram, NTB, Rabu (25/9/2021).
Indonesia harus bangga karena sejatinya memiliki keturunan nenek moyang pembaca karena sejarah membuktikan tidak kurang dari 100 aksara daerah berhasil ditemukan sejak era kejayaan Nusantara.
Persoalan literasi bisa selesai jika para pelaku di sisi hulu mampu berkolaborasi kebijakan, bersinergi mengembangkan potensi kedaerahan (local wisdom) yang ditulis oleh orang lokal. Jika ini mampu dioptimalkan, Indonesia tidak akan mengalami kekurangan bahan bacaan dan rasio buku dengan jumlah penduduk secara bertahap teratasi.
Dukungan penuh juga ditunjukkan Perpustakaan Nasional di hadapan Gubernur NTB Zulkieflifirmansyah. Perpusnas secara khusus memberikan dana alokasi khusus (DAK) untuk pembangunan gedung layanan perpustakaan modern senilai Rp15 miliar, bantuan pojok baca digital (POCADI) di tiga kabupaten/kota, dan bantuan koleksi bahan bacaan bagi 10 perpustakaan desa sebanyak masing-masing 500 eksemplar.
Melihat dukungan penuh dari Perpusnas bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) di NTB, Gubernur juga menunjukkan kebanggaan serupa dengan meluncurkan kafe perpustakaan keliling (feeling). Feeling adalah bukti kolaborasi dinas perpustakaan NTB dengan Bank NTB Syariah. Feeling sejenis armada minibus perpustakaan yang sudah dilengkapi dengan digital library (NTB e-lib).
Dukungan senada juga disuarakan Ketua DPRD Provinsi NTB Baiq Isvie Rupaedah. Pihaknya akan mengawal program kerja. Pemerintah NTB yang berhubungan dengan peningkatan kualitas SDM. Menurutnya, melatih orang cerdas itu perlu ketekunan, dan parameter SDM yang cerdas berkualitas adalah dari kebiasaan membaca.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Perpusnas juga mengukuhkan Bunda Literasi Provinsi NTB Niken Saptarini Widyawati periode 2021-2024 yang diharapkan mampu menjadi role model dalam menumbuhkan kegemaran membaca khususnya di kalangan keluarga.
Bunda Literasi berpendapat bahwa peningkatan literasi harus melibatkan seluruh elemen. Budaya baca yang kuat diawali dengan minat baca yang kuat pula. Itu harus timbul dari dirinya sendiri sehingga pada akhirnya menjadi kebiasaan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum