Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Riset Terbaru Dell Technologies: Perusahaan di Indonesia Butuh Pemanfaatan Data

Riset Terbaru Dell Technologies: Perusahaan di Indonesia Butuh Pemanfaatan Data Kredit Foto: Dok. DCD
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dell Technologies mengumumkan hasil riset global dengan menggali lebih jauh apa yang membuat perusahaan-perusahaan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, di satu sisi menyatakan butuh lebih banyak data, tapi di saat yang sama mengakui sulit mengikuti perkembangan data yang sangat pesat dan mengolah data yang sudah mereka miliki.

General Manager, Dell Technologies,  Richard Jeremiah mengatakan riset ini menemukan bahwa sebagian besar perusahaan di Indonesia kewalahan menangani perkembangan data yang sangat cepat. Alih-alih menjadi nilai tambah kompetitif bagi perusahaan, data malah jadi beban karena sejumlah faktor penghambat.

Baca Juga: Bappenas: Satu Data Indonesia, Bagian dari Strategi Transformasi Digital

"Diantaranya terdapat kesenjangan keahlian (skill gap) untuk mengelola data, silo data, proses manual, silo bisnis, dan kurangnya keamanan data pribadi," ucapnya dalam virtual media briefing Rabu, 25/8/2021.

Mewawancarai lebih dari 4.000 pembuat keputusan dari 45 negara dan disusun berdasarkan hasil riset berjudul Digital Transformation Index, menurut Richard "Data Paradoks” ini dipicu oleh besarnya volume, kecepatan, dan ragam data yang membanjiri perusahaan, teknologi, sumber daya manusia, dan proses. 

Hasil studi tersebut mendapati secara umum ada tiga paradoks besar:

Pertama, sebagian besar perusahaan di Indonesia menyatakan mereka fokus atau mengutamakan data (data-driven), tapi ternyata masih banyak yang belum memanfaatkan data sebagai modal dan menggunakannya di seluruh lini bisnis mereka.

Kedua, Perusahaan-perusahaan di Indonesia secara konsisten menyatakan bahwa mereka perlu lebih banyak data, tapi di saat yang sama mereka juga mengakui kewalahan karena data yang mereka miliki saat ini jauh lebih besar dari yang mampu mereka kelola.

Ketiga, Banyak perusahaan mengakui transisi ke model aaS akan menguntungkan bagi mereka, tapi hanya beberapa perusahaan yang telah sepenuhnya melakukan transisi tersebut.

“Ketika perusahaan di bawah tekanan besar untuk melakukan Transformasi Digital untuk mempercepat layanan pada pelanggan, mereka harus mendapatkan lebih banyak data dan harus bisa mengelola data yang mereka miliki dengan lebih baik," ucap Richard.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Alfi Dinilhaq

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: