Di mata pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, dengan kinerja dan elektabilitas yang bagus tersebut, bisa saja nasib Anies bakal seperti Jokowi. “Sangat bisa,” ujarnya, kemarin.
Interpelasi yang diajukan PDIP dan PSI juga bisa dijadikan batu loncatan oleh Anies untuk semakin melambung. Sebab, interpelasi itu justru akan mendatangkan simpati publik ke Anies.
Namun, lanjut Ujang, Anies punya sedikit ganjalan. Masa jabatannya akan berakhir pada Oktober 2022. Sedangkan Pilpresnya masih tahun 2024. Jadi, Anies akan “nganggur” dulu selama 2 tahun. Selama masa itu, Anies tak punya panggung besar untuk meningkatkan elektabilitas.
Baca Juga: Anies Baswedan Pamer Capaian Vaksin Covid-19: DKI Jakarta 105%, Tetangga Baru 15%
Hal ini berbeda dengan Jokowi. Saat maju di Pilpres 2024, Jokowi masih punya panggung besar karena masih menjabat sebagai Gubernur DKI. “Kalau Jokowi, saat dia jadi capres, posisinya masih jadi gubernur," urai Ujang.
Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio menganggap, saat ini momentum yang tepat bagi Anies untuk mengerek elektabilitas. Sebab, ada ruang bagi Anies untuk menjelaskan ke publik perihal program kerjanya. Jika Anies mampu memaksimalkan momentum, ini namanya semakin melesat hingga Pilpres mendatang.
"Ada dua yang interpelasi, ya nggak apa-apa. Justru dimanfaatkan saja. Justru ini menjadi ruang baru saja buat Mas Anies untuk menjelaskan ke publik tentang pembangunan yang dilakukan," pesan Hensat, sapaan akrab Hendri Satrio.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: