Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

The Power of #BacaSampaiTuntas: Si Kecil Dekat dengan Buku, Bagaimana Peran Ayah Ibu?

The Power of #BacaSampaiTuntas: Si Kecil Dekat dengan Buku, Bagaimana Peran Ayah Ibu? Kredit Foto: OMRON DuoBaby

Bagaimana cara untuk memulai mengenalkan buku kepada si kecil?

Menginjak usia 4 atau 5 bulan sudah bisa kita berikan soft book dengan gambar yang menarik. Misalnya di buku tersebut ada gambar bebek, kemudian kita bisa buat cerita tentang karakter bebek tersebut. Soft book memang tidak termuat cerita di dalamnya, sehingga kita bisa ekspresikan dengan cerita yang bisa kita karang sendiri. Anak balita bisa mengenali sesuatu melalui sensory motor. Artinya, dia butuh sesuatu yang dapat dia lihat, dengar, dan pegang. Ketika melihat buku dengan cover yang menarik, pasti dia akan senang, karena aspek visualnya terpenuhi.

Jenis buku atau bacaan seperti apa yang perlu dikenalkan ke anak sesuai tahapannya? Mengingat saat ini banyak yang menyediakan buku khusus bayi yang dengan bahan dan warna yang menarik perhatian anak.

Sudah tersedia banyak buku untuk usia balita. Kita bisa memberikan stimulasi lain disamping bacaannya, misalnya dengan memberikan buku dengan cover yang menarik, atau tekstur yang unik. Atau mungkin dengan board book yang memiliki gambar menarik tanpa ada tulisan sama sekali. Di usia 12 hingga 18 bulan kita bisa memberikan buku pop up. Jika sudah lebih besar, kita bisa mengajaknya ke toko buku untuk memilih sendiri buku yang sesuai usianya. Baru di usia 3 sampai 5 tahun, dia sudah bisa membaca sendiri.

Setiap anak punya keistimewaan baik dalam kepribadian maupun pertumbuhannya, bagaimana menyiasati hal itu supaya membiasakan anak menyukai membaca buku?

Minat baca harus kita kenali sejak usia dini, sambil dirinya belajar cara membaca buku. Karena seseorang tidak bisa langsung membaca tanpa menyiapkan motorik kasarnya, motorik halusnya, kemampuan persepsinya, kemudian bagaimana dia bisa mengucap kata dengan benar. Itu menjadi sesuatu yang perlu kita perhatikan. Selain itu, kita bisa mengaitkannya dengan kesukaan anak. Misalnya si anak suka sepak bola, kita bisa mengajaknya untuk mencari buku tentang sepak bola.  

Bisa dibilang, anak zaman now lebih pilih gadget ketimbang buku, lantas apa yang harus dilakukan orang tua agar anak juga tertarik untuk membaca buku?

Sebenarnya ini bisa dijadwalkan, karena gadget tidak bisa dipungkiri sudah menjadi bagian dari hidup. Apalagi sekarang semua anak setiap hari memegang gadget. Kita sebagai orang tua bisa mengendalikan dengan cara membuat jadwal agar tidak terus-terusan memegang gadget. Misalnya dalam satu hari, si anak hanya boleh main gadget selama satu jam saja sepulang sekolah, kemudian dia bisa membaca buku atau bermain board game. Itu bisa kita diskusikan dengan si anak. 

Kadang banyak orang tua yang memiliki kebiasaan memberikan tontonan lewat gadget dengan dalih ‘biar anteng’, bagaimana tanggapan Anda mengenai kondisi itu?

Saya menyebutnya sebagai ‘penyakit pandemi’, karena mereka bisa diam hanya dengan menonton saja, namun otaknya tidak terstimulasi. Pada akhirnya, kita harus bertanya pada diri sendiri, apa harapan kita terhadap si anak? Gadget itu boleh, tetapi harus dijadwalkan. Kita punya batasan, dan dia juga punya batasan, sehingga dia bisa mengelola dirinya sendiri. 

Apa perbedaan antara anak yang tumbuh dekat dengan buku dan yang tumbuh dekat dengan gadget bila dilihat dari sisi psikolgisnya?

Dengan membaca, kemampuan berbahasa anak yang sering membaca buku dibandingkan yang tidak akan jauh lebih variatif, karena ketika dia membaca sesuatu dan tidak mengerti maka dia akan menanyakan arti kata tersebut pada orang tuanya. Kemudian, si anak juga mempunyai wawasan yang luas, bisa melihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda dari buku yang dibaca. Ketika sudah sekolah, si anak sudah tidak lagi kesulitan memahami isi dari buku pelajaran sekolah. Karena ada banyak kasus di dunia perkuliahan yang tidak bisa mengikuti mata kuliah dengan baik karena tidak mampu membaca buku dan jurnal yang tebal. Hal itu disebabkan kurangnya kebiasaan membaca sejak dini. 

Apa pesan yang ingin disampaikan untuk orang tua di luar sana yang berperan pentih dalam menumbuhkan minat baca pada anak?

Pada intinya, minat baca harus dipupuk sejak dini. Selain itu, membaca harus dibuat menjadi kegiatan yang menyenangkan, bukan yang menyeramkan, sehingga nantinya si anak sudah terbiasa dan tidak sulit belahar atau memahami buku bacaan dan materi sekolah. Kemudian kemampuan persepsi anak dapat terbentuk dari membaca. Minat baca memang harus dipupuk, tetapi jangan lupa, pastikan anak sudah tahu cara membaca yang benar dan tepat, agar dia mengerti apa yang di baca.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: