Menantikan Kedamaian Afghanistan yang Diharapkan Indonesia, Ini yang Diperhatikan
Pemimpin Taliban Hibatullah Akhundzada akan ditunjuk sebagai pemimpin yang akan memegang otoritas tertinggi di Afghanistan. Presiden atau perdana menteri nantinya akan menjalankan negara di bawah otoritas Akhundzada.
Menurut media Afghanistan Tolo News, diskusi Taliban soal pembentukan pemerintahan baru telah selesai.
"Konsultasi hampir selesai tentang pemerintahan baru dan diskusi yang diperlukan juga telah diadakan tentang kabinet. Pemerintah Islam yang akan kami umumkan akan menjadi model baru bagi rakyat," kata anggota Komisi Budaya Taliban, Anamullah Samangani, seperti dikutip laman Al Arabiya, Kamis (2/9).
"Tidak ada keraguan tentang kehadiran Amirul Mukminin (Akhundzada) di pemerintahan. Dia akan menjadi pemimpin pemerintahan dan seharusnya tidak ada prtanyaan tentang ini," ujarnya menambahkan.
Sementara dalam wawancara dengan BBC, Kepala Kantor Politik Taliban di Qatar Inayatulhaq Yasini menekankan bahwa perempuan dapat bekerja di kantor-kantor pemerintahan. Hal ini mengingat hampir separuh pegawai negeri di kementerian-kementerian Afghanistan sebelum Taliban mengambil alih kekuasaan adalah perempuan. Yasini meminta mereka kembali bekerja.
"Namun, di posisi-posisi jabatan tinggi, di kabinet, mungkin tak ada perempuan," kata dia.
Taliban juga telah menunjuk Mohammad Idris sebagai kepala Bank Sentral Afghanistan. Dilansir the New Arab, Idris merupakan seorang loyalis Taliban yang tidak memiliki pelatihan tentang dunia perbankan maupun pendidikan tinggi.
Dalam konferensi pers kemarin, dia mengatakan, saat ini Taliban menginginkan sistem keuangan di negara itu berfungsi penuh. Meski demikian, sejauh ini masih sedikit perincian yang diberitahukan mengenai bagaimana Taliban akan memasok dana untuk mempertahankan sistem keuangan di negara itu.
Idris mengatakan, ia telah mengadakan pertemuan dengan anggota Asosiasi Bank Afghanistan dan bankir lainnya pekan ini. Taliban juga dilaporkan berupaya mencari solusi untuk likuiditas dan inflasi yang meningkat di Afghanistan. Di bawah pemerintahan kelompok itu sebelumnya pada 1996 hingga 2001, hanya sedikit sektor perbankan yang berfungsi.
Hanya ada beberapa bank komersial yang mempertahankan lisensi. Namun, hanya sedikit pinjaman yang dibuat dan tidak banyak yang beroperasi pada masa pemerintahan 20 tahun lalu tersebut.
Sejauh ini Idris dan timnya belum memberi tahu para bankir berapa banyak uang tunai yang dapat diakses oleh bank sentral Da Afghanistan Bank (DAB). Termasuk juga dalam memberikan indikasi tentang bagaimana Taliban akan mendekati hubungannya dengan Amerika Serikat (AS).
Diprediksi bahwa Taliban bisa mendapatkan akses cepat ke sebagian besar dari sekitar 10 miliar dolar AS sebagai aset yang dimiliki oleh DAB yang sebagian besar berada di luar negeri.
Seorang bankir yang menghadiri pertemuan itu mengatakan bahwa ketergesaan awal nasabah untuk mengakses rekening bank setelah Taliban merebut kendali atas Afghanistan telah sedikit mereda. Prioritas utama bagi bank sentral sekarang adalah agar rekening internasionalnya tidak diblokir dan mendapatkan akses ke cadangannya untuk memungkinkannya menyimpan cukup uang yang beredar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: