Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kapal Asing Kembali Masuk Perairan Indonesia, Wakil Ketua MPR: Perkuat Dukungan bagi Bakamla

Kapal Asing Kembali Masuk Perairan Indonesia, Wakil Ketua MPR: Perkuat Dukungan bagi Bakamla Kredit Foto: MPR
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua MPR, Syarief Hasan, menyoroti keamanan kawasan di Perairan Natuna yang selalu saja dimasuki oleh kapal dari negara lain, terutama Vietnam dan China. Persoalan ini telah menjadi tantangan klasik yang dihadapi Indonesia, yang sampai sekarang belum dapat ditangani secara optimal. Menurutnya, setiap tahun kedaulatan Indonesia masih saja tergadai, belum lagi pencurian sumber daya kelautan yang kerap kali terjadi.

"Saya sangat setuju penguatan kelembagaan maritim, baik dalam aspek SDM, dukungan anggaran, maupun infrastruktur. Ini harus nyata terlihat, tidak hanya berhenti menjadi wacana saja. Kasus pencurian hasil laut belum juga tertangani dengan optimal. Ini murni perkara political will pemerintah, apakah memang serius menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim," ungkap Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini.

Baca Juga: Djarot Saiful Hidayat: PPHN Penting dan Urgen untuk Indonesia

Lebih lanjut, Menteri Koperasi dan UKM di era Presiden SBY ini menyatakan bahwa tidak terdeteksinya kapal dari Vietnam dan China menunjukkan teknologi militer Indonesia masih kalah maju dibandingkan negara tetangga. Ini tentu hal yang miris. Dengan lautan yang begitu luas dan sumber daya kelautan yang melimpah, hasilnya justru dicuri oleh negara lain. Pemerintah tidak boleh menutup mata dengan fakta ini. Apalagi kejadian ini telah sering kali terjadi.

Karenanya, menurut Syarief, penguatan Bakamla tidak boleh hanya terbatas pada aspek kelembagaan semata. Namun, harus nyata terlihat pada dukungan anggaran, sarana, dan prasarana, serta peremajaan teknologi pendukung dalam menjalankan tugasnya sebagai penanggung jawab keamanan laut. Sangat mengherankan jika ada kapal asing yang ternyata berjumlah ratusan memasuki lautan Indonesia, tetapi tidak terdeteksi oleh radar.

Padahal, potensi kelautan Indonesia sungguh melimpah. Food and Agriculture Organization (FAO)— Lembaga PBB yang menangani pangan dan pertanian dunia memperkirakan, potensi perikanan tangkap laut Indonesia pada tahun 2020 berada pada peringkat terbesar ke-3 di dunia setelah China dan Peru. Indonesia menyumbang 8 persen dari produksi dunia. Namun mirisnya, negara kehilangan potensi pendapatan yang fantastis setiap tahunnya. Indonesian Justice Intiative (IOJI), misalnya, mengestimasi kerugian Indonesia dari praktik illegal fishing sebesar US$4 miliar atau setara Rp56,13 triliun setiap tahun.

Pemerintah tidak boleh menutup mata dengan potensi penerimaan negara yang hilang. Jika pemerintah mampu mengoptimalisasi sumber daya kelautan yang melimpah ini, bisa jadi negara tidak perlu banyak berutang, yang ujung-ujungnya menyengsarakan rakyat di kemudian hari. Padahal, langkahnya tidak begitu rumit: perkuat pengelolaan dan penjagaan kawasan maritim. Bakamla harus diberikan dukungan yang optimal untuk mampu menjaga sumber daya kelautan dari penjarahan oleh pihak asing atau berbagai praktik ilegal lainnya.

"Saya dalam banyak kesempatan selalu menekankan penguatan penjagaan kawasan perairan. Ini tidak bisa hanya dengan sekadar mengubah nomenklatur kelembagaan, tetapi harus dengan dukungan anggaran, SDM dan infrastruktur yang nyata. Hal ini tidak boleh ditunda-tunda lagi. Jika kita masih saja menganggap persoalan ini hal yang biasa, setiap tahun negara akan tetap kehilangan potensi pendapatan triliunan rupiah," tutup Syarief.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: