Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penambahan Kapasitas Pembangkit Listrik EBT secara Masif Mulai Dilakukan 2031

Penambahan Kapasitas Pembangkit Listrik EBT secara Masif Mulai Dilakukan 2031 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan, saat ini Indonesia berada pada situasi konsumsi minyak lebih besar daripada produksinya sehinga mengakibatkan peningkatan impor minyak dan defisit neraca perdagangan. Karenanya, pemanfaatan sumber energi alternatif harus dioptimalkan untuk mengurangi ketergantungan kepada minyak dan bahan bakar fosil.

Saat ini energi fosil masih mendominasi bauran energi primer dengan memasok 90 persen produksi energi. Meski dianggap memiliki potensi yang melimpah, EBT masih berkontribusi sekitar 11,2 persen terhadap bauran energi nasional dan baru dimanfaatkan 2,6 persen dari total potensi yang ada.

Baca Juga: Penggunaan EBT di Indonesia Perlu Peta Jalan Kebijakan yang Jelas

"Penambahan kapasitas variabel EBT seperti surya dan angin secara masif akan dilakukan mulai 2031. Selain itu, pemanfaatan energ panas bumi akan dioptimalkan agar mampu menjaga keseimbangan sistem energi untuk menjaga dibutuhkan teknologi yang andal seperti storage maupun pengembangan PLN," katanya dalam Sesi Pertama Indonesia Energy Transition Dialogue dengan tema "Kenapa Indonesia Perlu Mencapai Target Dekarbonisasi pada 2050", Senin (20/9/2021).

Hal tersebut berkaitan dengan pemodelan kebutuhan listrik pada 2060 yang diproyeksikan akan mencapai 1.885 TWh, terdiri dari permintaan PLN sebanyak 1.728 TWh dan non-PLN sebanyak 157 TWh. Sementara itu, proyeksi konsumsi listrik per kapita diperkirakan mencapai 5.000 KWh di tahun 2060.

Arifin menambahkan, pemenuhan kebutuhan energi listrik Indonesia sebesar 1.885 TWh akan dipasok sepenuhnya dari pembangkit listrik EBT sebesar 635 GWh, pemenuhan kebutuhan listrik Indonesia sebesar 1.885 TWh di tahun 2060 akan dipasok sepenuhnya PLT EBT.

Ke depan, kebutuhan energi 2060 diproyeksikan akan mencapai 365 MTOE, sedangkan listrik diproyeksikan akan mendominasi kebutuhan energi nasional khususnya sektor industri, transportasi, rumah tangga, komersial, dan sektor lainnya.

Selain itu, agar kapasitas pembangkit listrik EBT dapat berjalan optimal, dapat didukung dengan interkoneksi super grid yang memungkinkan terjadinya penyaluran tenaga listrik yang menghubungkan permintaan dan sumber daya EBT hingga antarpulau. Dengan keberadaan super grid, diharapkan mampu mengatasi ketidakseumbangan antara ketersediaan EBT.

"Hasil proyeksi kami dengan penerapan beberapa kebijakan utama menuju nett zero emisi pada sektor energi akan berkontribusi mengurangi emisi sebesar 1.526 juta ton emisi," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: