Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemenperin: Dorong Hilirisasi dan Jadikan Indonesia Raja Oleokimia Berbasis Sawit

Kemenperin: Dorong Hilirisasi dan Jadikan Indonesia Raja Oleokimia Berbasis Sawit Pekerja mengangkut dan menata tandan buah segar kelapa sawit saat panen di Desa Jalin, Kecamatan Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Senin (23/8/2021). Pemerintah Aceh sejak tahun 2018-2020 telah menerima dana program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dari Dirjen Perkebunan (Dirjenbun) Kemeterian Pertanian (Kementan) sebesar Rp 793 miliar, dan untuk tahun 2021 kembali mendapatkan bantuan tersebut sekitar Rp615 miliar. | Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Komoditas kelapa sawit Indonesia dengan produksi nasional yang mencapai lebih dari 45 juta ton per tahun memiliki potensi daya saing yang tinggi di sektor hilir. 

Hal tersebut disampaikan Plt. Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro Kementerian perindusrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika, bahwa pemerintah terus mendorong hilirisasi sawit nasional. Program hilirisasi sawit ini bertujuan agar kelapa sawit memiliki nilai tambah yang berujung pada peningkatan kesejahteraan dan penyerapan tenaga kerja. 

Baca Juga: Kampanye Negatif Sawit Harus Dihadapi dengan Tindakan Positif

"Kami mencatat di perindustrian terdapat 160 produk hilir yang mampu diproduksi di dalam negeri. Baik untuk keperluan pangan, nutrisi, bahan kimia, dan bahan bakar energi baru terbarukan,” papar Putu. 

Dikutip dari indonesia.go.id, saat ini, industri minyak sawit Indonesia melibatkan sekitar 21 juta orang tenaga kerja, termasuk yang bekerja paruh waktu. Dari 16 juta hektare kebun sawit nasional, sebanyak 41 persen diusahakan di kebun rakyat, dan 59 persen lainnya oleh korporasi dan BUMN.

Guna mendorong hilirisasi dan menjadikan Indonesia sebagai raja oleokimia berbasiskan kelapa sawit, Putu mengatakan, pemerintah tetap berfokus pada tiga jalur hilirisasi industri CPO. Yakni hilirisasi oleopangan, oleokimia, dan biofuel. 

"Untuk hilirisasi oleopangan akan menghasilkan seperti minyak goreng sawit, margarin, selai mentega, vitamin A, vitamin E, es krim, shortening [lemak nabati], creamer, cocoa butter atau specialty-fat, dan banyak lainnya," ujarnya.

Sementara untuk hilirisasi oleokimia, akan menghasilkan produk seperti biosurfaktan (produk deterjen, sabun, dan sampo), biolubrikan (biopelumas), dan biomaterial (bioplastik). Hilirisasi biofuel akan menghasilkan produk seperti biodiesel, biogas, biopremium, dan lain-lain. Namun, masih banyak produk yang bisa Indonesia hasilkan dengan memanfaatkan CPO.

Dikatakan Putu, kemenperin terus melakukan percepatan dengan penggunaan minyak sawit kualitas IVO/ILO sesuai Nomor 8875.2020 untuk produk eleokimia dan turunannya. “Jadi, pelaku industri tak lagi harus menggunakan CPO/CPKO yang lebih mahal,” katanya.

Pelaku industri nantinya juga dapat mengkomersialisasikan hasil-hasil inovasi yang ada di bawah Badan Litbang Kemenperin dan akan dibantu dengan pilot plant yang disediakan pemerintah. “Fasilitas pilot plant adalah jalan yang membawa industri mengadaptasikan inovasi dari Balai Besar Industri Agro, agar kesenjangan antara skala industri dan skala penelitian bisa terjembatani,” ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: