Salah satu komoditas tambang unggulan yang dimiliki Indonesia adalah batu bara. Hal tersebut yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor batu bara terbesar di dunia. Selain untuk diekspor, kebutuhan batu bara dalam negeri juga dimanfaatkan PLN untuk pembangkit tenaga listrik dalam jumlah besar.
Atas dasar itu, Program Manager Energy Transformation, Institute for Essential Service Reform (IESR), Deon Arinaldo, menyebut tidak mudah bagi Indonesia untuk mulai melakukan transisi energi. Meski begitu, ia menyebut transisi energi harus dimulai dengan membuat peta jalan yang jelas.
Baca Juga: Sektor Energi Sumbang Sepertiga Emisi Karbon di Indonesia
"Pertama, EBT memang murah dan perkembangannya lebih lambat dan kalau mempensiunkan harus ada pembangkit yang bisa menghentikan dengan cepat, yaitu EBT. Makanya, EBT perlu kita dorong terlebih dahulu agar bisa dibangun dengan cepat karena ketika PLTU dipensiunkan bisa dibangunkan sebagai alternatif," ujarnya di Sesi Ketiga dalam Indonesia Energy Transition Dialogue 2021, Rabu (22/9/2021).
Kedua, kondisi PLTU Indonesia saat ini yang menunjukan kecenderungan mudah dibangun. Terbaru, berdasarkan RUPTL yang akan dirilis, setidaknya terdapat 14 GW terakhir yang akan dibangun.
Hal tersebut menjadi tantangan proses transisi energi dapat terjadi Indonesia. Sebab, perjanjian investasi tidak dapat dibatalkan, terlebih saat proses pembangunan infrastruktur. Karena itu, ia menyarankan agar mengejar PLTU yang belum financial close atau belum ada kesepakatan apa pun karena kalau tidak begitu akan mengurangi beban mempensiunkan PLTU ke depannya.
"Ketiga, ini salah satu bentuk insentif PLTU Business Viability Guarantee atau take or pay atau jaminan pembelian listrik untuk PLTU. Hal ini terikat dalam kontrak jual beli tenaga listrik dan ini perlu ada implikasinya. Jika ingin mempensiunkan lebih awal, ada nilai kontrak yang harus dipertimbangkan," katanya
Keempat, industri batu bara masih mempunyai peran yang signifikan, khususnya dari segi pendapatan ekonomi di daerah penghasil batu bara. Selain itu, perlunya memikirkan sektor lapangan pekerjaan bagi orang-orang yang terdampak pada industri batu bara ke industri EBT kalau ingin dipensiunkan lebih awal.
"Yang kelima, kondisi keuangan PLN. Karena PLN punya aset PLTU yang besar, jika dipensiunkan, PLN akan terkena dampak pada nilai aset dan pada kemampuan finansialnya," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Puri Mei Setyaningrum