Inggris Mau Perbanyak Kesepakatan Mirip AUKUS buat Tekel Dominasi China dan Rusia
Menteri Luar Negeri Inggris yang baru Liz Truss ingin membangun “Jaringan Kebebasan”, membentuk lebih banyak pakta keamanan seperti aliansi AUKUS dengan negara-negara seperti India, Kanada dan Jepang untuk melawan China dan Rusia.
Berbicara kepada Konferensi Partai Konservatif di Manchester, Truss, yang baru ditunjuk untuk peran tersebut, mengatakan Inggris dan sekutunya harus memenangkan “pertempuran pengaruh ekonomi”.
Baca Juga: Rusia Murka Saat Tahu Niat Utama AUKUS dan Quad Bisa Acak-acak ASEAN
“Mengenai keamanan, kami membuat pakta baru untuk melindungi rute laut, rute perdagangan, dan kebebasan kami,” kata Truss kepada anggota partai, dikutip laman Sydney Morning Herald, Senin (4/10/2021).
“AUKUS – kemitraan baru kami dengan AS dan Australia – akan membantu Australia memperoleh kapal selam bertenaga nuklir dan mempertahankan perairan teritorial mereka.
“Kami sedang dalam pembicaraan dengan Jepang tentang akses militer yang lebih baik dan dukungan operasional antara kedua negara kami [dan] kami ingin hubungan keamanan yang lebih erat dengan sekutu utama seperti India dan Kanada dalam segala hal mulai dari memerangi dunia maya hingga kemampuan pertahanan tradisional,” katanya.
Pekan lalu, anggota Partai Buruh menggerakkan mosi darurat di lantai konferensinya di Brighton untuk mengutuk aliansi AUKUS meskipun didukung oleh Pemimpin Oposisi Keir Starmer dan frontbench-nya.
Truss membidik.
“Pekan lalu di konferensi, anggota Partai Buruh memberikan suara menentang kesepakatan kapal selam Australia-AS yang menunjukkan betapa tidak tersentuhnya mereka,” katanya.
Dia mengatakan sebaliknya negara-negara di seluruh dunia mempercayai Inggris, dan dia ingin memproyeksikan kebijakan luar negeri yang "positif dan patriotik".
Truss, sebagai mantan menteri perdagangan, menjadi teman dekat komisaris tinggi Australia untuk Inggris George Brandis selama negosiasi perdagangan antara kedua negara dan kemudian menjadi salah satu anggota kabinet yang paling hawkish dalam hal kebijakan China.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto