Suratnya Pedas, Mantan Anggota OPM Kritik Natalius Pigai: Ko Tra Malu Sedikit pun
Norotouw menyampaikan dulu masyarakat Papua melihat Natalius orang terdidik dan bermoral di jabatan Komisioner Komnas HAM. Tapi sekarang Natalius kehilangan rasa hormat dan kepercayaan mereka.
"Anda sedang berada di pinggir jalan membanggakan dirimu hebat, mengklaim dirimu sebagai pemimpin Papua tetapi tanpa anda sadari anda sudah berubah dan memiliki moralĀ yang rusak, penuh iri hati dan sifat kecemburuan karena impian-impianmu di masa lalu kini menjadi hantu yang mengganggu jiwamu," katanya.
Baca Juga: Anak Gus Dur Gak Belain Pigai: "Caranya Salah dan Orang Papua Sendiri Tak Setuju"
"Otak cerdasmu kini menggoreng kepetinganmu dengan mengatasnamakan rakyat Papua. Kedua kakimu menginjak bumi di pulau Jawa tanpa sadar anda mengumumkan dirimu, "aku di sini mencoreng wajahku sendiri karena disana rakyat Papua menggantung noken adat di leher pak Jokowi dan memproklamirkan Jokowi orang Papua"," lanjut dia.
Norotouw mengingatkan bahwa Natalius Pigai bukan siapa-siapa, bukan pemimpin masyarakat Papua. Dia mengatakan Gubernur Lukas Enembe dan Gubernur Barnabas Mandacan adalah pemimpin mereka karena mereka yang memilih mereka, para Bupati, para anggota DPR, para Ondowafi/Ondofolo, Kepala Suku, adalah pemimpin-pemimpin mereka di Tanah Papua.
"Mereka semua mendukung kebijakan pembangunan di bawah kepemimpinan Bapak Presiden Jokowi. Anda bukan pemimpin kami," kata dia.
"Supaya anda paham bahwa gorengan rasisme membenturkan Bapak Presiden dengan kami rakyat Papua, atau pak Ganjar Pranowo yang innocent atau masyarakat Jawa Tengah untuk suatu maksud tertentu. Kami di Papua ingin tahu apakah itu hasil otakmu atau ungkapan murni dari hatimu, atau bisikan sponsor yang memperalat anda sebagai corong dalam rangka menimbulkan krisis baru dengan corak konspirasi benturan etnis di Tanah Papua," tambah Norotouw.
Papua Sudah Berubah
Dia menuturkan masyarakat di Papua sudah mengalami perubahan-perubahan penting yang Natalius Pigai tidak tahu. Istilah- istilah yang berkonotasi rasisme atau human rights sudah menjadi konsumsi masyarakat dan mereka sudah puas dan kenyang dan bahkan sudah usang.
"Anda lama melupakan Tanah Papua karena anda mengejar panggung popularitas pribadi tanpa menghiraukan keselamatan rakyat Papua, seraya mengantar rakyatmu sendiri ke dalam konflik rasisme baru. Supaya anda tahu bahwa kami, rakyat Papua, kini memiliki semangat nasionalisme baru menjadikan rumah Papua Indonesia mini yang damai dan harmonis dalam sabuk kuat Indonesia," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: