Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tanggapi Kemenag, Penceramah Pro-Habib Rizieq: Maulid Tidak Perlu Digeser, Gitu Lho...

Tanggapi Kemenag, Penceramah Pro-Habib Rizieq: Maulid Tidak Perlu Digeser, Gitu Lho... Kredit Foto: Instagram/Haikal Hassan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah melalui Kementerian Agama mengeluarkan kebijakan menggeser hari libur peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi tanggal 20 Oktober 2021. Kebijakan ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya penyebaran klaster Covid-19.

Terkait itu, penceramah Haikal Hassan menilai akan selalu menyampaikan pesan pemerintah kepada umat Islam agar tak salah persepsi. Ia bilang, pergeseran peringatan Maulid Nabi membuat masyarakat terutama netizen di media sosial terbelah. Menurut dia, terjadi dikotomi di medsos karena ada yang setuju pemerintah dan tidak setuju pergeseran Maulid Nabi.

Baca Juga: Haikal Bakal Tumbuhkan FPI Baru, Warganet Cibir: Giliran Diciduk Bilangnya Kriminalisasi Ulama

"Namun, masalahnya adalah di dalam sosial media yang sekarang gandrung ke sana menjadi dikotomi lagi. Ini yang setuju, dengan pemerintah. Ini yang menolak," kata Haikal dalam acara salah satu stasiun TV swasta, melansir VIVA, Selasa (12/10).

Dia mengingatkan kondisi tersebut hanya membuat kegaduhan masyarakat yang tidak produktif. Hal ini menurutnya yang mesti dicegah. "Kita habis waktu karena melayani kegaduhan-kegaduhan seperti ini," jelasnya.

Kemudian, ia menyampaikan saran bahwa penanganan Covid-19 tak perlu menggeser hari libur. Dia mengatakan lebih baik mengantisipasi kerumunan massa di lokasi tertentu seperti tempat hiburan malam. Maka itu, ia menyebut Maulid Nabi sebetulnya tidak perlu digeser.

"Maulid tidak perlu digeser, gitu lho. Tapi, yang perlu diantisipasi adalah tempat-tempat-tempat hiburan untuk pada waktu itu ditutup dulu. Itu lebih efektif. Itu lebih tepat dalam mencegah klaster baru dalam penanganan Covid-19. Begitu pendapat kami," tutur Sekretaris Habib Rizieq Shihab (HRS) Center itu.

Menyangkut adanya pandangan pemerintah hanya geser hari libur Umat Islam, Haikal menjawabnya. Ia menyampaikan tidak memiliki pandangan tersebut. Namun, ia akan selalu memberi pesan yang menyejukkan kepada umat.

"Tidak, kami tidak melihat seperti itu. Kita ingin menyejukkan umat Islam. Jelas dong Umat Islam yang paling banyak digesernya karena umat Islam mayoritas. Karena perayaannya lebih banyak yang lain. Saya pasti akan menyampaikan seperti itu," katanya.

Pun, ia menekankan tak perlu dibanding-bandingkan dengan hari libur umat lain. Sebab, hal itu akan menimbulkan kebencian yang bertambah. Bagi Haikal, pemerintah ke depan harus aktif mengajak dialog tokoh-tokoh umat Islam.

"Nanti akhirnya muncul lagi pemerintah (dianggap) pilih kasih, dan sebagainya. Intinya itu adalah komunikasi, dialog, itu yang paling penting. Itu yang paling kurang," ujar tokoh Persaudaraan Alumni (PA) 212 itu.

Sebelumnya, pemerintah mengumumkan pergeseran peringatan hari libur Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi 20 Oktober 2021. Peringatan hari libur Maulid Nabi sebenarnya pada 19 Oktober 2021.

Direktur Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin menyampaikan alasan kebijakan ini diambil untuk antisipasi munculnya penyebaran kasus baru Covid-19. "Sebagai antisipasi munculnya kasus baru Covid-19, hari libur Maulid Nabi digeser 20 Oktober 2021," kata Amin dalam keterangannya, Sabtu 9 Oktober 2021.

Amin mengatakan, Maulid Nabi Muhammad SAW tidak berubah, yakni tetap pada tanggal 12 Rabiul Awal. Namun, hari libur dalam rangka memperingatinya yang digeser demi tujuan tersebut.

"Maulid Nabi Muhammad Saw tetap 12 Rabiul Awal. Di mana tahun ini bertepatan dengan 19 Oktober 2021 M. Hari libur peringatannya yang digeser menjadi 20 Oktober 2021 M," jelas Amin.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: