Berdasarkan aturan dalam UU Pemilu, syarat mencalonkan presiden atau presidential threshold ialah partai atau gabungan partai memiliki 20 persen suara nasional atau 25 persen kursi parlemen. Pada pemilu 2019 lalu, PKB hanya mampu mendapatkan 9,05 persen suara nasional. Karena itu, PKB membuka semua kemungkinan untuk berkomunikasi dengan parpol lain.
Gus Jazil, sapaan Jazilul, menegaskan bahwa PKB sebagai partai yang moderat bisa membuka komunikasi dengan partai politik manapun. “Selama ini kami juga terus menjalin komunikasi dengan parpol-parpol lain. Dan PKB cukup bisa diterima dengan baik, bahkan selama ini selalu menjadi penentu kemenangan,” tuturnya.
Sebelum ditawarkan pada Prabowo, kader PKB lainnya sempat menyorongkan Cak Imin untuk berpasangan dengan Puan. Ide menduetkan Cak Imin dengan Puan disampaikan Ketua DPP PKB Faisol Riza. Alasannya, PKB punya hubungan baik dengan PDIP yang sudah terjalin lama. Selain itu, PKB menilai PDIP memiliki kesamaan pandangan dalam kebangsaan.
Bagaimana tanggapan PDIP? Politisi senior Hendrawan Supratikno menilai usulan tersebut sebagai hal yang menarik dan simpatik. Hanya saja, kata dia, penentuan paslon capres di PDIP merupakan hak prerogatif Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
“Soal pencapresan adalah wilayah kewenangan ketum. Titik. Bahkan sudah ada surat edaran agar kader tidak membicarakan soal ini,” ujar Hendrawan.
Bagaimana dengan Gerindra? Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad menyambut baik tawaran yang diajukan PKB. Namun, lanjut dia, urusan koalisi masih terlalu dini untuk dibicarakan. Apalagi, hingga saat ini belum ada pembicaraan resmi di internal partainya mengenai Prabowo sebagai capres 2024.
“Prabowo menyatakan masih fokus kerja membantu Presiden Jokowi di bidang pertahanan,” kata Dasco.
Mungkinkah terealisasi duet Prabowo-Cak Imin atau Puan-Cak Imin? Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai bisa saja duet tersebut terjadi. Kata dia, kunci duet tersebut adalah elektabilitas Cak Imin. Jika elektabilitas Cak Imin tinggi, bisa saja akan jadi rebutan. Namun, jika elektabilitasnya rendah, apalagi tak ada, ya sulit untuk dipilih oleh keduanya.
“Jadi kuncinya ada pada elektabilitas dari Cak Imin sendiri,” kata Ujang, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.
Kata Ujang, PKB memang punya massa yang besar. Namun, Prabowo dan Puan juga tak mau tanda tangan cek kosong. Perlu ada garansi, yakni elektabilitas yang tinggi dari seorang Cak Imin.
“Soal mau atau tidak mau, itu juga kembali pada Prabowo dan Puan itu sendiri. Prabowo dan Puan tentu akan kalkulasi dengan matang atas tawaran itu,” ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti