Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Beda Nasib Saham Bank Digital Milik Konglomerat Chairul Tanjang dan Jerry Ng, Bak Langit dan Bumi!

Beda Nasib Saham Bank Digital Milik Konglomerat Chairul Tanjang dan Jerry Ng, Bak Langit dan Bumi! Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dua bank digital milik konglomerat di Indonesia mengeluarkan laporan keuangan kuartal III 2021. Kinerja keuangan dua bank tersebut sama-sama mengalami pertumbuhan yang signfikan.Namun, nasib saham keduanya bak langit dan bumi.

Saham Bank digital milik konglomerat Chairul Tanjung, yakni PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) pada perdagangan 22 Oktober 2021 ini ambruk hingga menyentuh titik terendahnya atau auto reject bawah (ARB) setelah melemah 400 poin atau 6,64% ke Rp5.625 per saham dari sebelumnya Rp6.025 per saham. Dibuka pada Rp6.350,saham BBHI sempat melonjak ke Rp6.600 per saham. Namun usai jeda makan siang langsung dibanting hingga menyentuh titik ARB.

Sementara itu, saham PT Bank Jago Tbk (ARTOBank digital milik konglomerat Jerry Ng  ini berhasil melesaat 150 poin atau 1,025 ke posisi Rp14.900 per saham dari Rp14.750 per saham. Dibuka pada posisi Rp14.850, saham ARTO sempat letoy hingga ke Rp14.500 per saham, lalu bangkit sampai ke Rp15.150 per saham. Di akhir perdagangan saham ARTO hanya mampu menguat 1,02%.

Baca Juga: Nasib Bank Digital Konglomerat Chairul Tanjung: Omzet Naik Hampir 4 Kali Lipat, Laba Bersih Melesat!

Sebagai informasi, Allo Bank mencetak kinerja keuangan positif pada kuartal ketiga 2021. Allo Bank berhasil mendongkrak pendapatan bunga bersih hingga 261,53% dari Rp36,39 miliar pada September 2020 menjadi Rp131,56 miliar pada September 2021. Lonjakan pendapatan bunga bersih itu mendongkrak capaian laba bersih yang dikantongi Allo Bank sebesar 77,16%. Pada kuartal III 2020 Allo Bank meraup cuan sebesar Rp48,39 miliar, sedangkan pada kuartal III 2021 melesat jadi Rp85,73 miliar.

Merujuk ke keterbukaan informasi, Allo Bank mengantongi pendapatan operasional lainnya yang lebih besar, yakni dari Rp3,35 miliar pada September 2020 menjadi Rp15,27 miliar pada September 2021. Total kredit yang diberikan Allo Bank per September 2021 mencapai Rp2,07 triliun, lebih tinggi dari Desember 2020 lalu yang hanya Rp1,28 triliun. Rasio non-performing loan (NPL) nett Allo Bank tercatat lebih rendah dari 2,21% menjadi Rp1,74%.

Adapun, Bank Jagi akhirnya berhasil membukukan laba bersih senilai Rp14 miliar pada kuartal ketiga tahun 2021. Capaian tersebut lantas memutus rantai kerugian yang membelit Bank Jago selama enam tahun terakhir.

Baca Juga: Enam Tahun Tekor, Nasib Bank Jago di Tangan Jerry Ng Berubah 180 Derajat: Dari Buntung Jadi Untung!

Direktur Utama Kharim Siregar, mengungkapkan bahwa capaian laba positif tersebut ditopang oleh pertumbuhan kredit yang agresif dengan rasio non-performing loan (NPL) yang rendah. Hingga September 2021, penyaluran kredit Bank Jago bertumbuh 502% menjadi Rp3,73 triliun. Pertumbuhan kredit terjadi paling signifikan di kuartal ketiga 2021, di mana kenaikannya mencapai Rp1,56 triliun dari kuartal sebelumnya. 

Pertumbuhan kredit sebesar 502% berdampak pada pendapatan bunga Bank Jago yang meningkat 478%  menjadi Rp355 miliar. Sementara itu, beban bunga hanya terkerek 104% menjadi Rp38 miliar. Hal ini menghasilkan pendapatan bunga bersih yang tumbuh 640% menjadi senilai Rp318 miliar. Net interest margin (NIM) kini berada di angka 6,1%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,4%.   

Kemampuan menekan beban bunga tak lepas dari upaya Jago memperbanyak komposisi dana murah. Hingga akhir September 2021, total dana pihak ketiga mencapai Rp2,54 triliun, tumbuh 564%. Dari jumlah tersebut, dana murah atau CASA sebanyak Rp985 miliar, melonjak 1.031%. Sedangkan deposito senilai Rp1,6 triliun, meningkat 427%. 

Proporsi CASA terus membaik. Sebagai pembanding, porsi CASA pada September 2021 mencapai 38,72%, jauh lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 22,74%, atau posisi akhir Juni sebesar 30,21%. Pada kurun waktu yang sama, porsi deposito terhadap DPK telah menyusut dari 77,26% menjadi 69,79% dan kini 61,3%.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: