Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini yang Bisa Kamu Lakukan agar Tidak Jadi Korban Kebocoran Data

Ini yang Bisa Kamu Lakukan agar Tidak Jadi Korban Kebocoran Data Kredit Foto: F5 Labs
Warta Ekonomi, Jakarta -

Cyber Security Researcher & Consultant Teguh Aprianto menyatakan, memperoleh data pribadi masyarakat bukan hal yang sulit dilakukan belakangan ini. Terlebih, kasus kebocoran data makin marak terjadi beberapa tahun terakhir.

"Dari 2017 kita sering mengalami kebocoran data. Kalau data kita terdapat di kasus-kasus yang datanya bocor, bukan hal yang sulit bagi pelaku kejahatan untuk mengakses data-data kita secara detail," kata Teguh dalam konferensi pers virtual Peluncuran Program 'Jenius Aman', Kamis (28/10/2021).

Baca Juga: Waspada Data Bocor, Kenali Cara Kerja Pelaku Penipuan! Begini Caranya...

Menurut Teguh, ada tiga cara pembajakan akun (account hijacking) yang paling umum dilakukan. Pertama adalah phising, yaitu ketika korban dikirimkan suatu link melalui suatu platform yang akan mengarahkan ke alamat web palsu yang dibuat seolah-olah mirip dengan web aslinya. Dengan cara ini, pelaku dapat memiliki akses untuk mengambil data korban.

Kedua, social engineering. Korban akan dihubungi melalui telepon dan kemudian dimanipulasi oleh pelaku. Korban akan diminta data-data pribadi yang lebih detail dan belum dimiliki oleh pelaku.

Ketiga, password guessing atau menebak password. Meskipun teknik ini makin jarang terjadi akhir-akhir ini, Teguh mengimbau masyarakat untuk tetap mengantisipasi celah ini.

Teguh mengungkapkan, kesalahan paling umum yang dilakukan individu adalah menggunakan kombinasi nama dan tanggal lahir sebagai password. Padahal, kedua informasi itu bukan sesuatu yang sulit dilakukan di era ini.

"Nama, email, tanggal lahir, hingga nama ibu kandung itu bukan suatu yang sulit diperoleh saat ini," tandasnya.

Oleh karena itu, Teguh mengingatkan masyarakat agar tidak menggunakan informasi tersebut sebagai password. Selain itu, Teguh juga merekomendasikan agar tidak menggunakan informasi yang berhubungan langsung dengan pengguna dalam password.

"Kalau bisa, gunakan kombinasi huruf kapital, simbol, dan angka untuk password. Kemudian gunakan verifikasi dua langkah dan jangan simpan password kita di notes atau dokumen dengan ekstensi .docx dan .txt. Ini rentan diretas. Jika tidak bisa mengingat banyak password, bisa gunakan aplikasi 1password atau Dashlene," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: