Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Membaca Bisa Membangkitkan Kekuatan bagi Generasi Milenial

Membaca Bisa Membangkitkan Kekuatan bagi Generasi Milenial Webinar Perpusnas | Kredit Foto: Perpusnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Arus informasi tidak dapat dihindari dari kehidupan masyarakat. Perkembangannya bertambah pesat dan beragam. Kehadiran teknologi turut meningkatkan aktivitas masyarakat terhadap informasi. Namun, untuk dapat beradaptasi dengan teknologi informasi diperlukan kemampuan literasi informasi dan digital sebagai modal bersaing di tengah ledakan informasi. 

Masyarakat literasi merupakan pendukung efektif bagi berkembangnya budaya belajar. Itulah esensi lain dari perpustakaan yang tidak sekedar berfungsi sebagai pusat pembelajaran, tetapi juga menjadi agen perubahan (agent of change) bagi masyarakat. Keberadaan perpustakaan sangat diharapkan untuk dapat berperan sebagai mitra kolaborasi pengembangan modernisasi masyarakat.

Namun, kondisi semacam tersebut hanya bisa ditemui ketika masyarakat memiliki budaya literasi yang kuat. Dalam perspektif itulah, perpustakaan berperan sebagai institusi pelopor gerakan literasi.

Baca Juga: Perpusnas Raih Predikat Informatif dalam Keterbukaan Informasi Publik

“Bangsa dengan kemampuan literasi yang tinggi adalah bangsa yang menjadikan perpustakaan sebagai institusi terpenting yang mempunyai peran sentral dalam membangun literate society. Dalam konteks ini, perpustakaan harus dijadikan wahana pembelajaran bersama untuk mengembangkan potensi masyarakat,” terang Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Deni Kurniadi pada Webinar Penguatan Budaya Literasi Dalam Mendukung SDM Manusia Kompeten, Unggul, dan Produktif, Jumat, (5/11/2021).

Senada dengan Perpusnas, Direktur Politeknik Internasional Bali Anastasia Sulistyawati turut menyuarakan pentingnya literasi untuk pengembangan kualitas bangsa. 

Indonesia diperkirakan mengalami bonus demografi pada 2030 mendatang. Bonus demografi merupakan kondisi sumber daya manusia produktif (15-65 tahun) di suatu bangsa lebih mendominasi wajah penduduk. Fenomena ini di satu sisi mengerek sejumlah keuntungan bagi perekonomian Indonesia. Namun, di sisi lain menghasilkan tantangan serius.

Duta Baca Indonesia (DBI) Gol A Gong mengutip hasil kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, bahwa ada dua tantangan serius yang mesti diselesaikan seiring bonus demografi yang akan terjadi terkait sumber daya manusia yang kompetitif. 

Pertama, mayoritas masyarakat saat ini berpendidikan rendah. Tenaga kerja Indonesia sebagian besar hanya berlulusan sekolah menengah, bahkan ada yang lebih rendah sehingga berakibat pada produktivitas dan daya saing yang rendah juga. Kedua, mayoritas pendidikan dan keterampilan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri sehingga sulit untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas.      

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: