Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Didengar! Bekas PM Australia Kasih Peringatan AUKUS Adalah Kepentingan Amerika dan Bukan...

Didengar! Bekas PM Australia Kasih Peringatan AUKUS Adalah Kepentingan Amerika dan Bukan... Kredit Foto: AP Photo
Warta Ekonomi, Canberra, Australia -

Mantan perdana menteri Australia Paul Keating pada Kamis (11/11/2021) ikut mengomentari kegelisahan atas pakta kapal selam nuklir AUKUS negaranya dengan Amerika Serikat dan Inggris. Dia memperingatkan bahwa kesepakatan itu melayani kepentingan AS, bukan Australia.

Keating mengatakan bahwa rencana yang diperdebatkan untuk membeli kapal selam kelas Virginia buatan AS hanya berarti Canberra membayar biaya "pasukan AS yang diarahkan oleh Amerika Serikat."

Baca Juga: Takut Diprotes Banyak Pihak, Australia Utus Menlunya Hadir di Indonesia, Agendanya Lagi...

Dan dia mengejek gagasan bahwa keterlibatan dengan bekas kekuatan kolonial Inggris --yang rajanya Ratu Elizabeth II tetap menjadi kepala negara di Australia, peran yang merupakan kunci kudeta konstitusional terhadap perdana menteri yang berhaluan kiri Gough Whitlam pada tahun 1975-- dapat menggantikan kurangnya keterlibatan dengan Cina yang sedang bangkit.

"Inggris adalah 'taman hiburan tua yang meluncur ke Atlantik,'" katanya, dikutip laman Morning Star, Jumat (12/11/2021).

Keating, yang memimpin pemerintahan Partai Buruh pada 1991-1996, mengatakan bahwa dia yakin peran kapal selam dalam strategi AS adalah menahan kapal selam China di dekat pantai China, sehingga membatasi "kemampuan nuklir serangan kedua" Beijing --kemampuan untuk membalas jika mengalami serangan nuklir pertama oleh Amerika Serikat.

Selain tidak mungkin berhasil –“itu akan seperti melempar segenggam tusuk gigi ke gunung” – peran strategis ini secara fundamental akan mengubah tempat Australia dalam perhitungan perang dingin China, ia memperingatkan.

Keating bukan satu-satunya mantan perdana menteri yang mengkritik pakta Aukus. Kevin Rudd, yang menjabat pada 2007-10 dan kembali pada 2013, mengatakan bahwa kurangnya industri nuklir sipil di Australia berarti bahwa kapal selam barunya akan sepenuhnya bergantung pada AS, dengan “dampak jangka panjang … pada kedaulatan Australia. ”

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: