Strategi Besar Joe Biden dan Xi Jinping Usai Dialog, Gak Disangka-sangka Ikut Soroti...
Pertemuan virtual pada Senin (15/11/2021) antara Presiden Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping adalah pertemuan tatap muka, presiden-ke-presiden pertama mereka sejak Biden menjabat. Keduanya berbicara melalui telepon pada Februari dan September, dan Wakil Presiden Biden saat itu bertemu di orang dengan Wakil Presiden Xi saat itu hampir satu dekade lalu.
Karena dua pria yang sangat berbeda ini berhadapan secara virtual, mereka diharapkan untuk membahas beberapa topik penting termasuk keamanan dunia maya, perdagangan, non-proliferasi nuklir, dan status Taiwan.
Baca Juga: Biden ke Xi Jinping: China Wajib Bermain Sesuai Aturan
Gedung Putih telah meremehkan pertemuan bersejarah ini, menyebutnya sebagai “pertemuan” dan bukan “puncak”. Dan para analis mengatakan mereka mengharapkan sedikit, jika ada, komitmen nyata yang akan datang dari pembicaraan tiga jam yang diantisipasi pada Senin malam.
Itu mungkin, kata para analis, karena setiap pemimpin tampaknya menjadi kuat dengan posisi yang dipegang teguh, kepribadian yang mengakar, dan strategi yang bertentangan —yang semuanya akan, pada dasarnya, kemungkinan akan mempertahankan status quo saat ini.
Strategi Biden
Sejarawan Jeremi Suri mengatakan, meski ekspektasinya rendah, ini adalah kesempatan bersejarah bagi keduanya. Biden, seperti pendahulunya, datang dengan strategi yang jelas.
“Pertemuan antara Xi Jinping dan Joe Biden ini, pertemuan virtualnya, berada dalam skala dengan kunjungan Nixon ke China pada awal 1970-an, Carter dan Reagan dan Bush dan interaksi mereka saat kami membuka hubungan kami dengan China pada akhir 70-an, dan 1980-an,” kata Suri, seorang profesor di University of Texas di Austin.
“Dan itu sama pentingnya dengan pertemuan yang terjadi setelah Tiananmen pada akhir 1989. Dalam semua pertemuan yang telah saya sebutkan, presiden Amerika Serikat melakukan dua hal. Pertama, dia mencoba memahami ke mana arah China pada saat perubahan besar. Apakah China menuju ke arah yang lebih agresif? Apakah menuju ke arah yang lebih internasional dan kooperatif,” kata Suri kepada VOA.
“Jadi, ada penilaian terhadap pemimpin asing yang dilakukan presiden. Dan kemudian kedua, ada gambaran yang sangat penting tentang ini untuk publik di seluruh dunia. Bisakah kedua negara ini bekerja sama? Apakah mungkin bagi kita untuk menyelesaikan perbedaan kita? Atau apakah kita sedang menuju, seperti yang ditakuti sebagian orang, ke arah konflik yang semakin banyak?”
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: