Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sinar Mas Land Beberkan Seluk Beluk Strategi Bertahan Jadi Market Leader Industri Properti RI

Sinar Mas Land Beberkan Seluk Beluk Strategi Bertahan Jadi Market Leader Industri Properti RI Kredit Foto: Fajar Sulaiman

[Pemanfaatan teknologi] penting bagi Sinar Mas Land. Untuk One Smile alhamdulillah responsnya cukup baik. Kami juga berharap One Smile ini ke depannya akan menjad salah satu channel marketing kami, bergantung dari bagaimana efektivitas One Smile ini.

Untuk digital teknologi sendiri, sebenarnya kami sudah melakukan customer relationship management (CRM) yang sudah terintegrasi dari mulai berjualan melakukan marketing sampai ke customer service (CS). Kami berusaha untuk tetap engage mulai dari mereka melihat produk kami, baik melalu media sosial atau datang langsung, sampai mereka akan handover dan mereka tinggali. Kami akan terus pertajam engagement dengan konsumen sehingga akan ada trust, dan trust ini yang menjadi modal baik bagi kami.

Kalau untuk ke depannya, kami sedang memikirkan bagaimana berinovasi di renewable energy. Kami mungkin akan melakukan suatu inisiatif untuk waste management. Biasanya problem developer itu sampah, nah ini kami coba untuk bekerja sama dengan start-up agar pengelolaan sampah itu green. Artinya, sampah dipilah dulu di hulu kemudian di hilir sampah dikelola menjadi sampah yang bermanfaat dan tidak merusak lingkungan. Ini sedang kami kerjakan dan semoga inisiatif ini bisa dilaksanakan tahun depan.

Untuk digital marketing sendiri saat ini kami tetap akan me-maintain apa yang sudah kami punya dan kami akan melakukan beberapa review lagi, mana yang harus kami perkuat dan kalau ada opportunity lagi mungkin bisa kami kembangkan secara masif. Saya rasa seperti itu.

Apa saja target Sinar Mas Land untuk tahun ini, jangka pendek, dan jangka panjang?

Kalau jangka pendek, kami punya program Wish for Home yang akan berakhir tahun ini. Sampai saat ini progresnya cukup baik, bisa menjual hampir 800-900 unit di luar launching produk baru. Launching baru lainnya juga banyak yang sold out, baik yang di kisaran Rp1,5 miliar atau yang Rp2,5 miliar. Jadi, saya rasa untuk komersial kami tetap akan lakukan launching. Kami juga menawarkan produk perkantoran yang small office untuk content creator dan didukung oleh infrastruktur teknologi yang memadai, seperti fiber optic ready, gedung yang dilengkapi sensor, juga kontrol penggunaan energi lewat gadget. Ini merupakan suatu hal yang terus kami gencarkan.

Kalau untuk tahun ini, kami berusaha mencapai marketing sales di Rp7 triliun itu ya. Jadi, belum tahu nantinya seperti apa karena ada sedikit hiccup di tiga bulan itu, jadi kami belum tahu juga. Tapi, mungkin nanti BSD secara resmi akan merilis juga marketing sales yang sudah tercapai.

Bagaimana Anda melihat potensi industri properti di Indonesia? Baik saat pandemi maupun pascapandemi.

Mengenai industri properti sendiri, disangkal atau tidak, game changer ini adalah vaksin. Kalau vaksin berhasil dan herd immunity tercapai, pasti pembatasan pergerakan manusia juga akan dilonggarkan. Dari pelonggaran tu, pasti ekonomi akan bergerak sehingga industri yang terpuruk di dua tahun terakhir ini bisa bangkit. Dengan bangkitnya industri ini kan otomatis akan menimbulkan efek domino, baik kepada karyawan, vendor, maupun konsumen. Jadi, efek ini akan mengangkat kembali daya beli masyarakat untuk konsumsi sehingga ekonomi akan membaik dan berdampak pada industri properti.

Industri properti ke depannya masih menjanjikan karena backlog rumah di Indonesia itu sangat banyak, tahun lalu sekitar 11 juta. Dengan kondisi market milenial yang tubuh, diharapkan mereka bisa melakukan investasi, salah satunya ke properti. Karena investasi yang paling resilient saat ini sebenarnya adalah properti. Saya rasa, sebenarnya industri properti ini masih akan terus bertahan karena kalau kita ingat pepatah kan ada sandang, pangan, papan, nah papan itu rumah ya. Jadi, bagaimanapun orang tetap butuh hunian. Hidup kita ini terikat dengan properti, jadi pasti akan dibutuhkan kapan pun, everlasting.

Mudah-mudahan mulai tahun depan itu jadi kebangkitan properti ya. Karena kalau kita lihat market ini sekarang sudah mulai optimis. Tahun depan juga semoga pemerintah bisa mendukung dengan beberapa stimulus lain.

Tapi, semoga kita bisa survive dan kita bisa dukung juga pertumbuhan ekonomi Indonesia karena properti ini berdampak kepada 174 industri turunan lainnya. Jadi, kalau kapal tenggelam, ya yang lain bisa kolaps juga. Maka, industri properti ini merupakan sesuatu yang perlu kita perjuangkan bersama-sama, terutama dari seluruh stakeholders.

Melihat potensi industri properti Indonesia ke depannya, apakah Anda yakin Sinar Mas Land mampu bertahan menjadi pemain besar di industri properti Indonesia?

Kalau ditanya itu, saya pasti yakin. Karena pertama, game changer di industri properti adalah land bank. Kami di BSD masih punya sekitar 2.500-3.000 hektare (ha) yang masih harus kami bangun di fase 3 dan saya rasa itu mungkin butuh jangka waktu panjang untuk membangun itu. Kami juga masih ada beberapa proyek lain di sejumlah kota, seperti Batam, Surabaya, dan Balikpapan.

Nah, yang menarik adalah proyek di Balikpapan, karena Kalimantan Timur akan menjadi ibu kota negara baru. Jarak antara Balikpapan dengan ibu kota negara baru ini sangat dekat, sekitar 30 km melalui jalan tol. Proyek kami di Balikpapan ini, yang disebut dengan Grand City, juga sangat dekat dengan tol ke Samarinda. Jadi, ini merupakan suatu hal yang saya rasa jadi game changer di tahun-tahun berikutnya karena kami punya sekitar 200 ha di sana. Kami juga punya land bank di Samarinda yang nanti kami lihat juga akan dibangun atau tidak.

Tetapi, dengan begitu banyak proyek pembangunan yang kami punya, saya rasa kami masih bisa menjadi market leader dan bertahan di periode berikutnya.

Terakhir, silakan disampaikan kalimat penutup Anda.

Hidup kita ini terikat dengan properti dari kita lahir sampai meninggal. Memang kondisi volatile saat ini, tapi mungkin bisa dipikirkan kebutuhan atas hunian, berinvestasi di sana. Jika kemampuan daya belinya ada, [investasi di properti] lebih menjanjikan karena tumbuh terus. 

Karena properti ini punya dua elemen unik, yaitu pertumbuhan dan pendapatan. Kalau pertumbuhan itu, misal sekarang kita beli dengan harga Rp1 miliar, mungkin 10 tahun ke depan bisa jadi Rp5 miliar secara value bangunan. Kemudian, pendapatan bisa diperoleh dari menyewakan properti. Itu akan memberikan pendapatan, tetapi nilai asetnya tetap milik kita.

Jadi, ada dua hal yang tidak dimiliki instrumen lain, yaitu pendapatan dan pertumbuhan. Kalau instrumen lain pasti hanya salah satunya. Itulah mengapa membeli properti adalah membeli masa depan. Apalagi di tengah situasi Covid-19 sekarang, properti juga bisa menjadi tempat berlindung.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: