Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Akademisi Sorot Upaya Polri Rekrut Novel Baswedan Cs: Harus Dicermati Lebih Mendalam

Akademisi Sorot Upaya Polri Rekrut Novel Baswedan Cs: Harus Dicermati Lebih Mendalam Kredit Foto: Twitter/Novel Baswedan
Warta Ekonomi -

Dosen Hukum Administrasi Negara FH UKSW, Salatiga Umbu Rauta menyorot upaya Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo merekrut 57 orang eks pegawai KPK yang tidak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). 

Menurutnya upaya merekrut eks pegawai KPK menjadi ASN Polri harus dicermati lebih mendalam agar sejalan dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. 

Baca Juga: Pesan Kapolri ke Jenderal Andika Perkasa: Semoga...

"Terutama dalam konteks penerapan asas-asas umum pemerintahan yang baik maupun perwujudan prinsip negara hukum," tegas Salatiga Umbu Rauta, Rabu (17/11/2021).

Menurutnya, ada dua pertimbangan pokok yang melandasi perlunya pencermatan lebih mendalam terhadap rencana perekrutan oleh Polri. Pertama, baik KPK maupun Polri adalah institusi kenegaraan yang menjalankan fungsi pemerintahan, utamanya fungsi penegakan hukum. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pengelolaan ASN, baik di KPK dan Polri yaitu UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) dan peraturan pelaksanaan yaitu Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS dan Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen PPPK.

"Sehingga, ketika 57 orang eks pegawai KPK tidak memenuhi syarat peralihan sebagai ASN, baik menurut Pasal 62 ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 96 dan 97 UU ASN, PP maupun Perka KPK No. 1 Tahun 2021, maka dengan sendirinya ketentuan yang sama akan diterapkan di institusi Polri. Hal ini sesuai ketentuan Pasal 20 ayat (2) UU No. 2 Tahun 2002  tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menyatakan “terhadap pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian”," paparnya. 

Baca Juga: Anggota MUI Ditangkap, Denny Siregar Ungkit Fadli Zon Sampai Bawa-bawa Emak-emak Nawar Kangkung!

Kedua, lanjut dia, menggambarkan standar ganda atau potensial diskriminatif dalam pengadaan ASN di berbagai institusi pemerintah maupun lembaga. Secara faktual, diketahui bersama bahwa masih banyak guru, tenaga kesehatan, atau pegawai honorer lainnya yang cukup lama berbakti dengan statusnya masing-masing, juga gagal dalam seleksi untuk menjadi ASN.

"Apakah sebagai PNS atau PPPK, namun tidak ada ruang atau peluang untuk dibijaki sebagaimana rencana perekrutan 57 eks pegawai KPK oleh Polri," katanya.  

Dikatakannya, hal lain yang patut menjadi pertimbangan oleh Polri yaitu adanya putusan MA dan MK, yang secara tersirat menyatakan legalitas dan konstitusional produk hukum (baik Perka KPK No. 1 Tahun 2021 maupun Pasal 69B ayat (1) dan Pasal 69C UU No 19 Tahun 2019), yang dijadikan dasar tindakan oleh KPK dalam melakukan “alih status” pegawai KPK menjadi pegawai ASN. Putusan dimaksud yaitu: Pertama, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 34/PUU-XIX/2021 telah menolak permohonan pengujian Pasal 69B ayat (1) dan Pasal 69C UU No. 19 tahun 2019. 

"Kedua, Putusan Mahkamah Agung Nomor 26 P/HUM/2021 yang menolak gugatan uji materiil terhadap Perkom KPK No 1 Tahun 2021 yang memuat tentang Tes Wawasan Kebangsaan," pungkasnya.[]

Baca Juga: HNW Bersuara Soal Opini Pembubaran MUI: Saya Mendukung MUI

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: