Awas, Jepang-Amerika Gelar Latihan Perang Anti-kapal Selam Pertama di Laut China Selatan
Peningkatan kapasitas
Menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), lebih dari 40 persen perdagangan maritim Jepang melewati Laut China Selatan.
Ketegasan China yang meningkat terhadap negara-negara penuntut lainnya di Laut China Selatan, dan Jepang di Laut China Timur “menimbulkan keprihatinan serius lainnya bagi Jepang,” kata sebuah laporan baru oleh Institut ISEAS-Yusof Ishak di Singapura.
“Jepang secara tradisional menjadi penyedia bantuan peningkatan kapasitas maritim untuk negara-negara Asia Tenggara, menawarkan kegiatan mulai dari latihan bersama, peluang pelatihan di Jepang untuk personel pertahanan hingga transfer peralatan,” kata laporan itu.
Vietnam dan Filipina, “negara-negara yang mengangkangi bagian utara Laut Cina Selatan, dan mengapit pangkalan kapal selam RRC yang penting di Pulau Hainan” telah menjadi mitra keamanan maritim yang penting bagi Jepang, tulis John Bradford, direktur eksekutif Dewan Yokosuka pada Studi Asia Pasifik, di situs web Center for International Maritime Security.
Bradford menambahkan bahwa “hubungan JMSDF dengan Angkatan Laut Filipina adalah yang paling berkembang dari kemitraan Asia Tenggara.”
Menurut Kementerian Luar Negeri Jepang, JMSDF telah menyediakan 12 kapal patroli, 13 kapal berkecepatan tinggi, sistem radar pemantau pantai dan pelatihan untuk Angkatan Laut Filipina. Ke Vietnam, pihaknya mentransfer enam kapal patroli dan tujuh kapal bekas beserta peralatan terkait.
Jepang sedang melakukan sejumlah besar proyek pengembangan kapasitas di negara-negara di Laut Cina Selatan karena “Asia Tenggara jelas telah menjadi penghubung baru dalam strategi maritim Jepang,” kata Bradford.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: