Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Maybank Catat Laba Bersih RM1,68 Miliar pada Sembilan Bulan Pertama 2021

Maybank Catat Laba Bersih RM1,68 Miliar pada Sembilan Bulan Pertama 2021 Kredit Foto: Unsplash/Christoph Theisinger
Warta Ekonomi, Jakarta -

Maybank mengumumkan pendapatan operasional bersih (net operating) untuk kuartal ketiga 2021 yang berakhir pada 30 September 2021, tumbuh tipis sebesar 1,2% menjadi RM6,15 miliar dari RM 6,08 miliar pada periode yang sama tahun lalu, didukung oleh kenaikan pendapatan net fund based sebesar 14,3% Y-o-Y menjadi RM4,72 miliar. Laba sebelum pajak (PBT) dan laba bersih (net profit) tercatat lebih rendah akibat pendapatan net fee based menurun serta net impairment losses naik, melampaui pertumbuhan pendapatan net fund based.

Chairman Maybank, Tan Sri Dato' Sri Zamzamzairani Mohd Isa, mengatakan bahwa terlepas adanya dampak pembatasan mobilitas pada kinerja kuartal ketiga Grup, dengan tingkat likuiditas dan permodalan Grup yang kuat, dapat mendorong Grup untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan di tengah kondisi ekonomi yang mulai bergairah kembali.

Baca Juga: Terapkan Efisiensi, Realisasi Laba Jamkrindo Sudah 95% dari Target

"Seiring dengan pemulihan ekonomi yang terjadi di Malaysia pada kuartal keempat 2021, disertai dengan program vaksinasi yang terus meningkat, dan laju bisnis serta mobilitas masyarakat yang kian bergairah, kami siap untuk menyambut pertumbuhan baru dan mendukung nasabah untuk dapat memaksimalkan efek pemulihan ekonomi yang mulai berlangsung saat ini," jelas Tan Sri Dato' dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (29/11/2021).

Grup mencatat PBT sebesar RM2,27 miliar di kuartal ketiga 2021, turun dari RM2,61 miliar pada periode yang sama tahun lalu, sedangkan laba bersih turun menjadi RM1,68 miliar dari RM1,95 miliar di kuartal ketiga 2021 akibat penurunan pendapatan fee sebesar 26,6% menjadi RM1,43 miliar, yang terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan investasi dan trading, serta peningkatan net impairment losses akibat pencadangan provisi tambahan secara proaktif yang dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai tingkatan pembatasan mobilitas yang diterapkan di Malaysia, Singapura, dan Indonesia selama kuartal ketiga tersebut.

Laba operasional Grup sebelum provisi (PPOP) tercatat turun menjadi RM3,33 miliar dari RM3,37 miliar pada kuartal ketiga 2020. Sementara itu, net impairment losses berada pada angka RM1,13 miliar dibandingkan RM805,9 juta pada periode yang sama tahun lalu sebagai akibat dari pemberlakuan pembatasan mobilitas di kuartal ketiga 2021, di mana Grup terus melakukan pencadangan provisi secara proaktif, melalui penerapan manajemen overlay bagi debitur yang masuk ke dalam program Repayment Assistance dan memfasilitasi pemutihan (write-off) untuk sejumlah nasabah.

Kinerja sembilan bulan pertama 2021 dibandingkan sembilan bulan pertama 2020

Selama kurun waktu sembilan bulan sampai 30 September 2021, Grup mencatatkan pendapatan operasional bersih sebesar RM19,15 miliar, tumbuh 3,8% dari periode yang sama tahun lalu didukung pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 15,5% Y-o-Y menjadi RM14,22 miliar. Net impairment losses berkurang sebesar 28,3% menjadi RM2,56 miliar dari RM3,57 miliar di tahun sebelumnya, yang merupakan dampak penerapan prinsip kehati-hatian Grup dalam mencadangkan provisi berdasarkan asumsi dalam jangka panjang.

Alhasil, PBT meningkat 22,5% menjadi RM8,17 miliar dari RM6,66 miliar di tahun sebelumnya, sedangkan laba bersih meningkat 22,2% menjadi RM6,04 miliar dibandingkan dengan RM4,94 miliar yang diperoleh dalam sembilan bulan pertama tahun 2020.

Pasar Utama

Maybank Indonesia mencatat perolehan laba sebelum pajak (PBT) tercatat Rp1,48 triliun, naik sebesar 2,1% dari Rp1,45 triliun pada periode yang sama tahun lalu didukung oleh penurunan biaya provisi, biaya dana (cost of funds), dan overhead. Laba bersih setelah pajak dan kepentingan non-pengendali (profit after tax and minority interest/PATAMI) turun 3,3% menjadi Rp1,06 triliun pada September 2021 dari Rp1,10 triliun pada periode yang sama tahun lalu, disebabkan oleh adanya penyesuaian perhitungan pajak tangguhan atau Deferred Tax.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: