Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Balasan Nyeleneh Jokowi Soal Kritikan Pedas MUI, Dipikir Saya Nggak Kepikiran?

Balasan Nyeleneh Jokowi Soal Kritikan Pedas MUI, Dipikir Saya Nggak Kepikiran? Kredit Foto: Biro Pers, Sekretariat Presiden
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjawab langsung kritikan yang dilontarkan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas terkait kesenjangan ekonomi yang makin terjal. Jokowi mengaku juga kepikiran dengan persoalan tersebut. 

Dia menyampaikan selama menjadi Presiden RI selalu berupaya menekan kesenjangan. Ia mengatakan demikian karena pernah jadi orang yang susah. 

“Dipikir saya nggak kepikiran? Gini rasio waktu saya masuk 0,41 lebih. Kepikiran bapak ibu sekalian. Gap seperti itu kepikiran. Jangan dipikir saya nggak kepikiran. Kepikiran. Karena saya merasakan jadi orang susah. Saya merasakan betul. Dan, enak menjadi orang yang tidak susah memang," kata Jokowi dalam pelaksanaan Kongres Ekonomi Umat Islam II MUI dikutip dari YouTube MUI, Jumat 10 Desember 2021. 

Baca Juga: Bicaranya Terlalu Keras, MUI Kena Tegur Jokowi : Ngomong-nya Jangan Keras-keras, Pak

Jokowi menjelaskan mengenai masalah ekonomi masyarakat Indonesia. Ia menyoroti persoalan usaha mikro dan ultramikro masyarakat menengah ke bawah. Dia mempersilakan agar datanya bisa dilihat langsung MUI termasuk Abbas.  

"Memang banyak yang nggak tahu. Tapi, nanti bulan-bulan Januari, Februari kalau boleh saya ajak dari MUI dipimpin juga Pak Buya Anwar Abbas. Nggak apa-apa. Entah 5 orang, entah 10 orang akan saya ajak apa yang sudah kita bangun yang namanya Mekaar,” ujarnya. 

Baca Juga: MUI Kritik Pemerintahan Pak Jokowi: Kesenjangan Ekonomi Semakin Terjal

Dia bilang selama 2015  melalui program Mekaar, pemerintah bisa mengumpulkan sebanyak 500 ribu pelaku usaha mikro dengan pinjaman mencapai Rp5 juta ke bawah.

Jokowi pun membandingkan jumlah nasabah Mekaar dengan Bank Grameen di Bangladesh yang dapat penghargaan perdamaian nobel. “Yang pinjamannya Rp3 juta sampai Rp 5 juta. Rp 1 juta, Rp2 juta, Rp3 juta sampai Rp5 juta. Sekarang sudah nasabahnya sudah mencapai 9,8 juta. Grameen Bank, Grameen Bank itu totalnya hanya 6,5 juta, dia mendapatkan nobel. Ini kita sudah 9,8 juta tapi nggak dapat nobel," ujarnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: