Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wasekjen MUI: Kongres Ekonomi Umat II Fokus Distribusi Aset dan Pendanaan Usaha Mikro-Ultramikro

Wasekjen MUI: Kongres Ekonomi Umat II Fokus Distribusi Aset dan Pendanaan Usaha Mikro-Ultramikro Kredit Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wasekjen MUI Bidang Pengembangan Ekonomi Umat, Azrul Tanjung, menyampaikan bahwa tujuan Kongres Ekonomi Umat II ialah arus baru ekonomi Indonesia berfokus pada redistribusi lahan dan pendanaan usaha mikro ultra mikro.

Arus baru ekonomi merupakan tujuan utama dari Kongres Ekonomi Umat I 2017 dan dipertegas pada Kongres Ekonomi Umat II yang berlangsung mulai Jumat (10/12) sampai Minggu (12/12) tahun ini.

Baca Juga: MUI Bandung Minta Aib Kasus Pemerkosaan Santriwati Ditutup, Reaksi Keras Muncul di Medsos

"Arus baru ekonomi umat bertujuan meningkatkan ekonomi dan mengambil hak-hak umat sebagaimana arahan dari Ketum MUI Ketujuh, KH. Maruf Amin," ujar Azrul saat memberikan materi dalam Kongres Ekonomi Umat II, Jumat (10/12) di Hotel Sultan, Jakarta.

Dia mengungkapkan, fokus arus baru ekonomi itu sejalan dengan hasil diskusi antara Ketua Dewan Pertimbangan MUI, KH Ma'ruf Amin, dan Presiden RI, Joko Widodo.

"Pak Jokowi meminta kemitraan pada Arus Baru Ekonomi Indonesia. Dua hal yang disejui adalah redistribusi aset dan kedua tentang pembiayaan ultra mikro," ujarnya.

Menurut Azrul, dua hal tersebut bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan kekuatan ekonomi umat. Arus baru ekonomi umat, ujar dia, harus terus diperjuangkan dengan tujuan untuk kebangkitan umat.

Dia menyampaikan, ajaran agama Islam mengajarkan pentingnya umat Islam membangkitkan ekonomi dengan jalan berbisnis. Kalau bisa, kata dia, bisnis menjadi budaya umat Islam. Banyak perintah agama baik di Al-Qur'an maupun hadis yang menenkankan untuk berbisnis dalam arti yang cukup luas.

Khusus terkait pembangunan usaha mikro dan ultra mikro, Azrul menambahkan, perlu adanya sentuhan kearifan lokal di dalamnya. Kearifan lokal itulah yang menurut Azrul bisa memberikan nilai tambah pada berbagai komoditas unggulan Indonesia.

"Negara kita punya banyak keunggulan komparatif. Itu yang kita sebut sebagai kearifan lokal. Kearifan lokal bisa kita manfaatkan misalnya di dalam kopi dan budaya," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: