Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan pada Sabtu (11/12) waktu setempat bahwa negaranya serius dalam negosiasi nuklir dengan negara kekuatan dunia, di Wina.
Presiden Iran menegaskan itu ketika perunding utama Iran mengatakan perbedaan pendapat penting tetap ada dalam negosiasi.
Baca Juga: Mendadak Bos Pentagon Bikin Pengakuan: China Miliki 1.000 Bom Nuklir, Maju di Angkasa, Kuat di LCS
"Fakta bahwa kami mempresentasikan teks proposal Iran kepada para pihak yang bernegosiasi menunjukkan bahwa kami serius dalam pembicaraan dan jika pihak lain juga serius tentang penghapusan sanksi (AS), kami akan mencapai kesepakatan yang baik," kata Kantor berita IRNA mengutip perkataan Raisi.
Namun negosiator utama Iran Ali Bagheri Kani mengatakan, beberapa masalah tetap belum terselesaikan dalam pembicaraan Wina. "Beberapa poin perbedaan tetap ada yang membutuhkan pengambilan keputusan di tingkat tinggi dan ini masih di atas meja yang belum terselesaikan," kata Ali Bagheri Kani kepada Press TV yang dikelola pemerintah.
Setahun setelah penerapan kembali sanksi Trump terhadap Iran, Teheran mulai secara bertahap melanggar perjanjian batas nuklir. Sedangkan Iran ingin semua sanksi dicabut. Bagheri Kani mengatakan, Teheran berdiri teguh pada posisi yang ditetapkan pekan lalu.
Pembangkit daya nuklir Bushehr di bagian selatan kota Bushehr, Iran. - ( AP Photo/Mehr News Agency, Majid Asgaripour)
Perundingan tidak langsung Amerika Serikat (AS)-Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 tengah berlangsung di ibu kota Austria, Wina. Para diplomat Prancis, Inggris, Jerman, Rusia, dan Cina berupaya bernegosiasi dengan Iran karena Teheran menolak kontak langsung dengan Washington.
Sebuah sumber Eropa yang berbicara dengan merahasiakan identitasnya mengatakan bahwa Iran sepakat untuk melanjutkan pembicaraan dengan kekuatan dunia yang ditinggalkan pada Juni, tapi Iran membantahnya. Di bawah kesepakatan awal, Iran membatasi program nuklirnya dengan imbalan bantuan dari sanksi AS, Uni Eropa, dan PBB.
Sementara itu, seorang pejabat tinggi militer Iran memperingatkan tentang "harga yang mahal" untuk negara yang ingin menyerang Iran. Pernyataan ini diterbitkan oleh media pemerintah mengutip pejabat militer tersebut menyusul laporan rencana AS dan Israel yang menggelar latihan bersama mempersiapkan serangan terhadap situs nuklir Iran jika diplomasi gagal.
"Memberikan peluang bagi komandan militer untuk menguji rudal Iran dengan target nyata akan merugikan agresor dengan harga mahal," lapor media Nournews, yang berafiliasi dengan badan keamanan utama Iran, mengutip seorang pejabat militer yang tidak disebutkan namanya.
Seorang pejabat senior AS mengatakan kepada Reuters pada Kamis (9/12) bahwa menteri pertahanan AS dan Israel diperkirakan membahas kemungkinan latihan militer. Langkah menghancurkan fasilitas nuklir Iran ini sebagai persiapan skenario terburuk jika diplomasi nuklir gagal dan jika para pemimpin negara mereka memintanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: