Cerita Konglomerat TP Rachmat yang Hobi Berbagi: Tidak Harus Menunggu Kaya Raya
TP Rachmat sadar betul bahwa kemajuan sebuah negara bergantung dari kualitas rakyatnya. Oleh sebab itu, TP Rachmat memulai dari pendidikan.
Selain itu, dari segi kesehatan juga akan berpengaruh pada kemajuan negara. Jika rakyatnya tidak sehat, sebuah negara juga tidak akan maju. Klinik Yayasan AAR kini sudah tersebar sebanyak 34 klinik di pulau Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara. Setiap pasien pun hanya membayar Rp5-10 ribu dan sudah mendapatkan perawatan serta pengobatan. Tenaga medis yang dipekerjakan juga tenaga medis lokal, sehingga turut membuka lapangan pekerjaan.
Sejak kecil, orang tua TP Rachmat mengajarkan agar jika berjanji harus dipenuhi, kalau bisa jangan berutang dan kalau punya lebih berbagilah. Oleh karena itu, TP Rachmat juga mengajarkan anak-anaknya untuk menjaga integritas, menjadi pribadi yang hebat, berkasih sayang dan rendah hati. TP Rachmat berharap semua itu bisa dijalankan dalam keseharian.
TP Rachmat berujar bahwa ia lahir di Indonesia, bisa mencapai di titik ini berkat sumber daya dari Indonesia juga, oleh karena itu ia berkontribusi untuk Indonesia. TP Rachmat sendiri tidak memaksa anak-anaknya untuk melanjutkan yayasan, namun ia sudah membagikan prinsip-prinsip hidup kepada anak-anaknya.
Terakhir, TP Rachmat mengingatkan bahwa untuk berbagi tidak harus menunggu kaya raya karena siapapun bisa berbagi sesuai keyakinan yang dimiliki. Namun, berbagi itu adalah hal yang positif sehingga sudah pasti akan memberikan dampak yang positif pula, meski kita tak tahu apa hasil akhirnya nanti.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: