Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indika Energy Cetak Laba Inti US$83,9 Juta pada 9 Bulan Tahun 2021

Indika Energy Cetak Laba Inti US$83,9 Juta pada 9 Bulan Tahun 2021 Kredit Foto: Dok. Indika Energy
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Indika Energy Tbk (Perseroan) merilis Laporan Keuangan Konsolidasi untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2021 (9M 2021). Perseroan mencetak laba inti sebesar US$83,9 juta, meningkat signifikan dibandingkan rugi inti US$5,5 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, rugi dari operasi yang dihentikan sebesar US$98,1 juta yang terkait dengan transaksi divestasi Mitrabahtera Segara Sejati (MBSS) pada basis 100% menyebabkan Perseroan mencatat rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$6,0 juta, dibandingkan rugi sebesar US$ 52,5 juta pada periode 9M 2020.

Secara umum, peningkatan kinerja anak-anak perusahaan, serta peningkatan permintaan dan perbaikan harga batu bara mendongkrak kinerja Indika Energy secara keseluruhan. Perseroan juga terus melakukan diversifikasi usaha pada sektor non-batu bara dan fokus pada keberlanjutan untuk mewujudkan komitmen ESG Perseroan menuju netral karbon pada tahun 2050.

Baca Juga: Buat Bayar Utang, Anak Perusahaan Indika Energy Pinjam Duit US$70 Juta dari Tiga Bank Sekaligus

Sepanjang 9M 2021, Indika Energy membukukan pendapatan US$2.155,6 juta atau meningkat 43,3% dari US$1.504,1 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan pendapatan terutama berasal dari Kideco Jaya Agung (Kideco) yang mencatat pendapatan sebesar US$1.486,1 juta, meningkat 61,8% karena harga jual rata-rata yang lebih tinggi (+39,7% YoY) dan volume penjualan yang lebih tinggi (+15,9% YoY).

Kideco menjual 27,4 juta ton batu bara dengan harga rata-rata US$54,2/ton di 9M 2021 dibandingkan dengan 23,7 juta ton batubara yang dijual dengan harga rata-rata US$38,8/ton di 9M 2020. Di 9M 2021, Kideco mengalokasikan 9,4 juta ton batu bara atau 34% dari volume penjualan ke pasar domestik, melebihi persyaratan domestic market obligation (DMO) sebesar 25% yang ditetapkan pemerintah.

Peningkatan pendapatan juga dikontribusikan oleh Indika Indonesia Resources, yaitu sebesar 90,1% menjadi US$294,7 juta di 9M 2021 dari US$155,0 juta di periode yang sama di tahun sebelumnya. Petrosea juga mencatat peningkatan pendapatan sebesar 20,6% menjadi US$301,3 juta dari US$249,9 juta di 9M 2020 terutama karena kontribusi yang meningkat dari kontrak pertambangan. Pendapatan Interport Mandiri Utama (IMU) juga naik 357,7% menjadi US$21,6 juta disebakan beroperasinya terminal penyimpanan bahan bakar sejak November 2021 dengan volume 10,5 kbd di 9M 2021.

Sementara itu, pendapatan Tripatra turun 42,7% menjadi US$155,1 juta dibandingkan US$270,8 juta pada 9M 2020. Laba kotor 9M 2021 Perseroan tercatat sebesar US$562,2 juta, atau meningkat 163,2% dibandingkan US$213,6 juta di 9M 2020. Sementara itu, marjin laba kotor juga naik dari 14,2% menjadi 26,1% di 9M 2021, terutama disebabkan oleh peningkatan kinerja Kideco, walaupun sebagian mengimbangi kerugian kotor Tripatra sebesar US$13,9 juta pada 9M 2021 karena adanya biaya tambahan terkait proyek BP Tangguh.

Beban penjualan, umum dan administrasi tercatat meningkat 15,7% menjadi US$114,5 juta pada 9M 2021 karena peningkatan penjualan ekspor Kideco dan peningkatan beban sewa kapal tunda dan tongkang oleh Multi Tambangjaya Utama (MUTU).

Sementara itu, beban keuangan Perseroan meningkat 17,3% dari US$70,2 juta menjadi US$82,3 juta pada 9M 2021 yang terutama disebabkan oleh meningkatnya tingkat kupon obligasi baru (rata-rata 7,2% pada 6M 2021 dibandingkan dengan rata-rata 6,2% pada 6M 2020) serta tambahan utang sebesar US$ 125 juta untuk mendanai investasi diversifikasi.

Kerugian dari operasi yang dihentikan sebesar US$98,1 juta pada 9M 2021 disebabkan transaksi divestasi MBSS pada basis 100% yang Conditional Sales Purchase Agreement (CSPA)-nya ditandatangani pada 6 Agustus 2021. Harga transaksi untuk MBSS adalah Rp660/saham dengan nilai total US$ 41,2 juta untuk 51% saham pada 8 Oktober 2021. Total kerugian bersih (net impact) dari divestasi 51% saham di MBSS ditambah goodwill yang tercatat sebesar US$66,8 juta.

Sebagai hasilnya, Perseroan membukukan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$6,0 juta di 6M 2021, dibandingkan dengan rugi sebesar US$52,5 juta pada 9M 2020. Perseroan juga mencatatkan laba inti sebesar US$83,9 juta pada 9M 2021, meningkat signifikan dibandingkan rugi inti sebesar US$5,5 juta pada 9M 2020.

Pada 9M 2021, posisi kas, setara kas dan aset keuangan lain Perseroan mencapai US$856,0 juta. Realisasi biaya modal (capital expenditure) pada 9M 2021 adalah sebesar US$34,7 juta, di mana US$23,1 juta digunakan untuk pemeliharaan dan penggantian aset Petrosea dan sisanya diperuntukkan untuk proyek diversifikasi. 

Azis Armand, Wakil Direktur Utama dan Group CEO Indika Energy, mengatakan sepanjang 9M 2021, Perseroan berhasil mencapai target produksi batubara yang ditetapkan. Meningkatnya harga jual rata-rata atau Average Selling Price (ASP) batu bara juga turut berperan dalam peningkatan pendapatan Perseroan.

Diversifikasi usaha yang dilakukan Perseroan sejak 2018 telah merambah ke berbagai bidang termasuk tambang emas, teknologi digital, solusi berbasis alam, serta energi baru dan terbarukan. Hal ini dilakukan untuk mendukung aspirasi Perseroan untuk meningkatkan pendapatan dari sektor non batu bara menjadi 50% di tahun 2025 dan mencapat netral karbon pada tahun 2050. Hal ini juga selaras dengan tujuan eksistensi Indika Energy untuk memberi energi pada Indonesia demi masa depan yang berkelanjutan.

"Indika Energy akan makin memperkuat diversifikasi usaha yang telah dilakukan dalam 3 tahun terakhir. Di samping itu, sustainability (keberlanjutan) juga menjadi agenda utama dalam seluruh kegiatan operasional kami di tahun 2022," tegas Azis.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: