Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penuh Tantangan, Indika Energy (INDY) Mundurkan Target 50% Pendapatan dari Non Batu Bara ke 2028

Penuh Tantangan, Indika Energy (INDY) Mundurkan Target 50% Pendapatan dari Non Batu Bara ke 2028 Paparan publik PT Indika Energy Tbk, Kamis (25/5/2023). | Kredit Foto: Djati Waluyo
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Indika Energy Tbk (INDY) memutuskan untuk memundurkan target kontribusi 50% pendapatan dari bisnis non-batu bara hingga tahun 2028, dari sebelumnya ditetapkan pada 2025.

Sampai akhir September 2024, bisnis batu bara masih menjadi dominasi utama Perseroan dengan kontribusi sebesar 87% terhadap total pendapatan, sedangkan bisnis non-batu bara baru menyumbang 13%.

Namun, Wakil Direktur Utama INDY, Azis Armand, optimistis kontribusi bisnis non-batu bara akan meningkat signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Salah satu pilar utama diversifikasi ini adalah tambang emas Awakmas di Sulawesi Selatan yang tengah dikembangkan oleh PT Masmindo Dwi Area. Tambang ini dijadwalkan mulai berproduksi pada semester kedua 2026. 

Baca Juga: Kantongi Restu, Lippo Cikarang Right Issue 3 Miliar Saham Baru

Selain itu, pendapatan dari sektor non-batu bara juga diharapkan datang dari jasa engineering dan konstruksi melalui Tripatra, serta bisnis kendaraan listrik yang dikelola melalui Alva, Energi Makmur Buana, dan Kalista.

Meski begitu, Direktur INDY, Retina Rosabai, mengakui bahwa perjalanan menuju target ini tidak mudah. "Ekspansi yang kami lakukan di non-batu bara 80% belum menghasilkan. Jadi yang menghasilkan itu masih sangat minimal," ujarnya dalam public expose, Rabu (20/11) kemarin. 

Retina juga menjelaskan bahwa pendapatan dari PT Kideco Jaya Agung (Kideco) masih menjadi tulang punggung utama bagi perseroan, menyumbang 77% dari total pendapatan sepanjang Januari hingga September 2024. 

Sayangnya, pada kuartal III 2024, pendapatan Kideco tercatat alami penurunan 17,7% menjadi US$ 1,4 miliar yang diakibatkan oleh menurunnya harga jual rata-rata batu bara. 

"Harga penjualan rata-rata batubara menurun cukup tajam, hampir 20%. Dari US$ 75,7 per ton pada tahun lalu dan tahun ini hanya US$ 60,6 per ton," ungkap Retina. 

Baca Juga: Golden Eagle (SMMT) Bakal Gelar Private Placement 315 Juta Lembar Saham, Ini Tujuannya!

Penurunan itu pun berdampak pada pendapatan Perseroan secara keseluruhan yang merosot 22,4% dari US$ 2,29 miliar pada kuartal III 2023 menjadi US$ 1,78 miliar pada kuartal III 2024.

Olehnya itu, Perseroan berkomitmen melakukan strategi diversifikasi untuk mengurangi ketergantungan pada bisnis batu bara yang selama ini menjadi andalan sekaligus membuka peluang pertumbuhan baru di sektor-sektor non-batu bara. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: