Lantas, hal pertama yang dilakukan yakni mengidentifikasi kekuatan atau potensi para alumni terutama yang melakukan kegiatan usaha. “Kami mengidentifikasi potensi kekuatan alumni. Semua alumni memiliki keahlian yang bisa disalurkan untuk mengembangkan wadah jual beli daring,” kata Azoo.
Kemudian, pengurus melakukan pendataan jumlah alumni yang melakukan kegiatan usaha. “Di Maret 2020 kami melakukan pendataan dan melihat para alumni melakukan pemanfaatan media sosial untuk sarana berjualan. Nah dari situ kita memiliki ide untuk merangkul para UMKM Unpad,” ujar Azoo.
Azoo melanjutkan, para alumni itu perlu dirangkul dalam wadah organisasi supaya pelaku UMKM Alumni memiliki kemandirian ekonomi dan berdaya saing.
Di samping hal itu, pertimbangan membentuk platform digital karena palaku UMKM di Indonesia yang memanfaatkan ekosistem digital baru 12 juta dari total pelaku UMKM (2019) yaitu 65.465.4997 atau baru 18,33 persen.
“Sedangkan pengguna internet di Indonesia sebanyak 171,17 juta orang (64,8 persen) sehingga potensi UMKM dengan memanfaatkan ekosistem digital sangat besar,” tutur Azoo.
Pertimbangan lain, berdasarkan survei pada webinar outlook ekonomi dan politik 2022 yang dilakukan SIGMAPHI pada tanggal 22 Desember 2021 terungkap bahwa jenis bantuan yang paling dibutuhkan pelaku UMKM di 2022 adalah pasar (67 persen), bukan modal (29 persen) atau sumber daya manusia (5 persen).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat