“Nah ternyata yang paling banyak dicari bukan modal, tapi pasar. Nah ini juga yang menjadi basis PBA membuat platform digital. Kalau offline, PBA sudah maju dengan membikin 4 gerai. Nah offline dan online harus saling bersinergi,” ujar Azoo.
Azoo juga berharap dengan adanya platform digital ini, peserta PBA tidak hanya berasal dari Alumni Unpad saja, tetapi menjangkau pihak dari nonalumni Unpad.
“Sudah saatnya PBA membuka peluang kepada UMKM Alumni non-Unpad, mari kita bersiap-siap untuk mengepakkan sayap lebih besar lagi untuk menjunjung asas fairness baik dalam kesempatan maupun harga yang wajar dan kompetitif,” jelas Azoo.
Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga PBA Dewi Tenty menyampaikan transformasi digital merupakan suatu yang tidak bisa dielakan. Oleh karena itu, para pelaku UMKM harus bisa memanfaatkan perubahan itu demi meningkatkan daya saing.
Dewi menyatakan, ada tiga masalah yang selama ini dialami UMKM Alumni Unpad. Ketiganya yakni masalah permodalan anggota, masalah perizinan, dan masalah marketing dan pemasaran. Menurut Dewi, masalah utama dari ketiga hal itu masalah marketing dan pemasaran.
“Sepakat dengan Kang Azoo, masalah utamanya adalah soal pemasaran. Kalau ada marketnya semua bisa dilalui. Kalau tidak ada market, mau bikin produk sebagus apapun, secantik apapun akan sulit,” ucap Dewi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat