Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gara-Gara Ocehan Ferdinand, Pendeta Turun Tangan: Saya Meminta Maaf...

Gara-Gara Ocehan Ferdinand, Pendeta Turun Tangan: Saya Meminta Maaf... Ferdinand Hutahaean | Kredit Foto: Instagram/Ferdinand Hutahaean
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rohaniawan, Gilbert Lumoindong mengatakan cuitan Ferdinand Hutahaean yang sedang ramai dibicarakan kalangan masyarakat di media sosial terkait ‘Allahmu lemah harus dibela, Allahku luar biasa tak perlu dibela’ bukan mewakili umat Kristiani. Namun, ia meminta maaf kepada seluruh pihak apabila ada yang tersinggung dengan cuitan Ferdinand tersebut.

“Sebagai umat Kristiani, saya juga meminta maaf supaya jangan ada kegaduhan-kegaduhan. Karena lepas dari apapun, kita kan satu umat. Mudah-mudahan yang merasa tersakiti dengan cuitan rekan saya Abang Ferdinand, kiranya saya meminta maaf, tak perlu diperpanjang lagi. Karena itu yang pasti bukan suara dari umat Kristiani,” kata Gilbert, Kamis (6/1/2022).

Sebenarnya, Gilbert menyebut pernyataan ‘Allahku luar biasa, Allah Maha Kuasa, maupun Allah Maha Segalanya’ itu kalimat yang wajar dan normal. Namun, tidak dibandingkan dengan apapun dan tidak disampaikan di media sosial atau ruang publik.

Baca Juga: Malang Banget Nasibnya Ferdinand, Orang Partai Ummat Ikut Ngerongrong Polisi: Tangkap dan Borgol!

“Karena bahasa ini seringkali kita nyatakan di gereja, bahwa Allahku luar biasa. Dan saya percaya, setiap agama meyakini itu. Karena di Al-Kitab kami ada tulisan, orang benar akan hidup oleh iman. Itulah iman kami. Saya pikir iman dari setiap agama juga percaya bahwa Allah luar biasa, Allah Maha Kuasa, Allah Maha Segalanya,” jelas dia.

Menurut dia, apabila dibanding-bandingkan dengan agama lain apalagi disampaikan di ruang publik. Maka, hal itu yang menjadi awal konflik. Sebab, timbul pertanyaan jika ada kalimat ‘Allahmu’ dan ‘Allahku’ seperti cuitan Ferdinand tersebut, bahwa Tuhan ada berapa.

“Kenapa perlu ada Allahmu dan Allahku? Ini menjadi rancu, ini menciptakan sebuah pertanyaan Allah tuh ada berapa sebetulnya? Bukan soal Allahmu dan Allahku. Karena kalau kita bicara Allah itu kan esa, surga itu kan satu. Inilah yang ketika disampaikan di ruang publik, dan memakai kata ganti ‘mu’ dan ‘ku’ (Allahmu dan Allahku). Saya pikir ini mungkin yang menjadi awal konflik,” ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: