Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pamer Keberanian, Suara Habib Kribo Menggelegar: Saya Nggak Takut Mati Dibunuh!

Pamer Keberanian, Suara Habib Kribo Menggelegar: Saya Nggak Takut Mati Dibunuh! Kredit Foto: Instagram/Habib Kribo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pendakwah kontroversial Habib Zein Assegaf alias Habib Kribo mengaku dirinya rela mati dibunuh karena berjuang melawan kelompok radikal, agar kelompok berbahaya itu tidak tumbuh menjamur di Indonesia.

Habib Kribo mengaku, berjuang melawan kelompok -kelompok intoleran itu memang berisiko besar. Namun dirinya memilih mengesampingkan kemungkinan -kemungkinan paling buruk itu.

“Saya enggak takut sama sekali, kalau takdir saya mati dibunuh saya siap. Kebenaran harus keras, karena leluhur saya matinya semuanya dibunuh kok, demi kebenaran,” kata Habib Kribo ketika ketika tampil menjadi bintang tamu di Podcast Deddy Corbuzier sebagaimana dilihat Populis.id Selasa (18/1/2022).

Baca Juga: Ngaku Sudah Kenal Lama, Sosok Habib Kribo Dikuliti Sejadi-jadinya: Dia Sebenarnya...

Habib Kribo mengaku, dirinya bukan-baru kali ini saja berdiri paling depan melawan kelompok radikal. Misi ini kata dia telah lama dilakukannya.Itu sebabnya, dirinya kerap mendapat teror karena kelompok radikal tidak suka dengan aksinya.

Habib Kribo menjelaskan, teror yang dialamatkan untuknya itu dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai dari penelpon misterius yang menebar ancaman sadis hingga hingga rumahnya didatangi orang tak dikenal. Meski begitu dia mengaku sama sekali tidak takut dengan teror tersebut. 

“Kalau telepon ancaman sering. Saya anggap itu kenikmatan saja, terus saya jalani. Lalu sering juga disamperin orang, saya lalu turun, entah takut atau bagaimana mereka pergi lagi,” tuturnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, dirinya tidak mau membuka dialog dengan anggota kelompok radikal macam Front Pembela Islam (FPI). 

Habib Kribo menegaskan, dirinya hanya mau berdialog dengan pimpinan atau orang-orang yang dianggap penting dalam kelompok radikal itu, misalnya berdialog dengan Rizieq Shihab yang sebelumnya menjadi pemimpin FPI.

Sebab kata dia mengobrol dengan anggota kelompok radikal tidak akan menemukan jalan keluar dari satu persoalan, yang ada justru mereka memaksakan kehendak.

"Kalau memaksakan kehendak, enggak akan saya layani. Misal Rizieq mau dialog, baru saya layani. Kalau komunikasi dengan kadrun buang-buang energi,” tuntasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: