Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gapki: Kebutuhan Bahan Baku CPO untuk Minyak Goreng Sangat Cukup

Gapki: Kebutuhan Bahan Baku CPO untuk Minyak Goreng Sangat Cukup Pekerja menimbang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit usai dipanen di Tebo Ilir, Tebo, Jambi, Selasa (22/9/2020). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat nilai ekspor minyak sawit dan turunannya pada Juli 2020 meningkat 15 persen atau mengalami kenaikan sebesar 244 juta dolar AS, menjadi 1,86 miliar dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya. | Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menjamin ketersediaan minyak sawit sebagai bahan baku industri minyak goreng. Hal ini sejalan dengan upaya mendukung program minyak goreng satu harga yang berlaku selama enam bulan ke depan.

"Gapki mendukung program pemerintah dalam pelaksanaan minyak goreng. Walaupun tidak berhubungan langsung dengan (industri) minyak goreng, kami dapat katakan ketersediaan CPO sangat cukup untuk menjadi bahan baku minyak goreng," ujar Ketua Umum Gapki, Joko Supriyono, dilansir dari laman Majalah Sawit Indonesia, Jumat (21/1/2022).

Baca Juga: Langkah Pemerintah Tingkatkan Konsumsi CPO Domestik

Lebih lanjut disampaikan Joko, produk olahan CPO masuk ke sektor hilir yang digunakan untuk pasar domestik dan ekspor. Pada 2020, dari total produksi minyak sawit Indonesia yang sebanyak 51,5 juta ton, penggunaan CPO domestik sebanyak 17,3 juta ton dan 34 juta ton untuk ekspor.

Kebutuhan domestik terbagi atas tiga produk, yaitu FAME (biodiesel), oleokimia, dan pangan. Bahkan saat ini, ekspor dalam bentuk mentah (crude palm oil/CPO) hanya 7 juta ton. Sementara itu, ekspor dalam bentuk RBD olein mencapai 21 juta ton.

Secara total, pada 2020 sekitar 70 persen produksi minyak sawit digunakan untuk kebutuhan ekspor dan sekitar 30 persen digunakan untuk kebutuhan domestik. Sementara itu, pada 2021, tren penggunaan domestik diperkirakan meningkat menjadi 34 persen yang digunakan untuk kebutuhan oleokimia bagi farmasi, penggunaan biodiesel, dan pangan.

"Ekspor kemungkinan tinggal 65 persen. Sebagian besar dalam bentuk olahan, sedangkan produk hulu atau CPO sudah kecil," ujar Joko.

Tidak hanya itu, disampaikan Joko, tren harga minyak nabati termasuk sawit memang mengalami kenaikan di pasar global. Kondisi inilah yang berdampak terhadap kenaikan harga minyak goreng.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: