Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ilmuwan Klaim Makanan Pokok Ethiopia Ini Bisa Selamatkan Dunia dari Perubahan Iklim, Apa Itu?

Ilmuwan Klaim Makanan Pokok Ethiopia Ini Bisa Selamatkan Dunia dari Perubahan Iklim, Apa Itu? Kredit Foto: Unsplash/Stefan Stefancik
Warta Ekonomi, Jenewa -

Para ilmuwan mengatakan tanaman enset, makanan pokok Ethiopia, bisa menjadi makanan super baru dan penyelamat dalam menghadapi perubahan iklim.

Tanaman mirip pisang memiliki potensi untuk memberi makan lebih dari 100 juta orang di dunia yang memanas, menurut sebuah studi baru.

Baca Juga: Kejar Produksi Beras, Mentan Ingatkan Pentingnya Antisipasi Dampak Iklim

Tanaman ini hampir tidak dikenal di luar Ethiopia, di mana ia digunakan untuk membuat bubur dan roti.

Penelitian menunjukkan bahwa tanaman tersebut dapat ditanam pada kisaran yang jauh lebih besar di Afrika.

"Ini adalah tanaman yang dapat memainkan peran yang sangat penting dalam mengatasi ketahanan pangan dan pembangunan berkelanjutan," kata Dr Wendawek Abebe dari Universitas Hawassa di Awasa, Ethiopia, seperti dilansir dari BBC.

Enset atau "pisang palsu" adalah kerabat dekat pisang, tetapi hanya dikonsumsi di satu bagian Ethiopia.

Buah seperti pisang dari tanaman tidak dapat dimakan, tetapi batang dan akar yang mengandung tepung dapat difermentasi dan digunakan untuk membuat bubur dan roti.

Enset adalah makanan pokok di Ethiopia, di mana sekitar 20 juta orang bergantung padanya untuk makanan, tetapi di tempat lain itu belum dibudidayakan.

Perubahan iklim diperkirakan akan sangat memengaruhi hasil dan distribusi tanaman pangan pokok di seluruh Afrika dan sekitarnya.

Ada minat yang tumbuh dalam mencari tanaman baru untuk memberi makan dunia, mengingat ketergantungan kita pada beberapa tanaman pokok. Hampir setengah dari semua kalori yang kita makan berasal dari tiga spesies - beras, gandum dan jagung.

"Kita perlu mendiversifikasi tanaman yang kita gunakan secara global sebagai spesies karena semua telur kita berada di keranjang yang sangat kecil saat ini," kata Dr Borrell. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: