Taipan Barang Mewah Prancis Ragu soal Metaverse: Kita Harus Waspada dengan Gelembung
“Kita harus mewaspadai gelembung,” katanya. “Pada awal internet, ada banyak hal yang bermunculan dan kemudian gelembung itu pecah. Mungkin ada aplikasi yang relevan, tetapi kita harus melihat alam semesta apa yang sebenarnya menguntungkan.”
Arnault mengakui bahwa metaverse memprovokasi pemikiran dan bisa memiliki masa depan untuk merek tertentu.
“Akan menarik untuk melihat bagaimana hal itu menghasilkan keuntungan,” katanya. “NFT menghasilkan keuntungan, dan saya yakin ini akan memiliki efek positif jika semuanya dilakukan dengan benar.”
Meskipun inflasi meningkatkan beberapa biaya produksi LVMH, perusahaan mampu menaikkan harga ecerannya lebih tinggi lagi, mengangkat marginnya menjadi 26,7%, naik delapan poin dibandingkan tahun 2020.
Arnault menekankan bahwa perusahaan, terutama merek Louis Vuitton, menjual 'keinginan' dan 'budaya', bukan hanya jam tangan, tas, atau gaun. Dia mengutip perayaan mode anumerta Virgil Abloh di Miami, atau membawakan lagu "Moon River" oleh Beyoncé sebagai bagian dari kampanye pemasaran Tiffany & Co., sebagai momen budaya yang penting.
“Ini bukan hanya perusahaan fashion. Ini adalah perusahaan kreatif budaya yang menjangkau basis pelanggan yang sangat penting di Gen Z,” katanya. “Ini adalah merek budaya dengan audiens global.”
Harga saham LVMH naik lebih dari 30% selama setahun terakhir sehingga membantu Arnault menjadi orang terkaya ketiga di dunia dengan kekayaan bersih USD159 miliar (Rp2.285 triliun), menurut Bloomberg Billionaires Index.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: