Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bernard Arnault Ancam Pindahkan Produksi LV Hinga Hermes ke AS Jika Uni Eropa Gagal Nego Trump

Bernard Arnault Ancam Pindahkan Produksi LV Hinga Hermes ke AS Jika Uni Eropa Gagal Nego Trump Kredit Foto: Twitter/Robert Frank
Warta Ekonomi, Jakarta -

CEO LVMH Bernard Arnault memperingatkan bahwa Uni Eropa harus segera meredakan ketegangan dagang dengan Amerika Serikat menyusul kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang berpotensi menghantam industri mode dan barang mewah. Arnault menegaskan bahwa kegagalan mencari solusi akan menjadi kesalahan Brussels.

“Negara-negara Eropa seharusnya mengelola negosiasi ini, bukan menyerahkannya kepada birokrat,” ujar Arnault,  mengutip Reuters, Sabtu (19/4/2025). 

Tanpa menyebut nama Trump secara langsung, orang terkaya Prancis itu mengaitkan gejolak pasar saat ini dengan ketegangan perdagangan global, seraya memperingatkan bahwa bisnis LVMH akan terdampak signifikan.

Baca Juga: Trump Yakin Deal Dagang dengan China akan Terjadi

Jika diberlakukan penuh, tarif AS bisa mencakup bea masuk sebesar 20% untuk produk fesyen dan barang kulit asal Eropa serta 31% untuk jam tangan produksi Swiss. Pekan lalu, Trump mengumumkan penangguhan sementara terhadap sebagian besar tarif balasan selama 90 hari, namun tetap memberlakukan pungutan umum sebesar 10%.

Padahal, pada Januari lalu, Arnault sempat memuji Trump atas dorongannya terhadap pertumbuhan ekonomi dan semangat wirausaha, bahkan menyebut munculnya “angin optimisme” seusai menghadiri pelantikannya. Namun sejak itu, kekhawatiran investor terhadap dampak kebijakan dagang Trump telah menyeret saham LVMH turun 36%, menghapus kapitalisasi pasar lebih dari 100 miliar euro (sekitar 114 miliar dolar AS).

Akibat tekanan tersebut, posisi LVMH sebagai perusahaan paling bernilai di Prancis sempat disalip Hermes, meski kemudian kembali merebut posisi puncak pada penutupan perdagangan Kamis. Sekitar separuh saham LVMH dikuasai oleh keluarga Arnault.

Pertimbangkan Alih Produksi ke AS

Untuk mengurangi risiko tarif, Arnault kembali menyatakan bahwa LVMH mempertimbangkan meningkatkan produksi di Amerika Serikat, pasar yang menyumbang 25% dari penjualan tahunan grup tersebut.

Ia menyatakan bahwa jika produksi Eropa pindah ke AS akibat kegagalan diplomasi, tanggung jawabnya ada di tangan Uni Eropa. “Saya sudah mendengar beberapa perusahaan yang mempertimbangkan alih produksi ke Amerika Serikat. Tapi hal ini bukan kesalahan perusahaan, ini kesalahan Brussels,” tegas Arnault.

Baca Juga: Trump: Kesepakatan TikTok Ditunda Gegara Perang Tarif China-AS

Komisi Eropa sejauh ini menyatakan AS belum menyampaikan posisi resmi untuk memulai negosiasi, sementara pejabat AS belum memberikan komentar mengenai pembicaraan dengan Uni Eropa.

Namun analis memperkirakan bahwa langkah relokasi produksi hanya akan bersifat terbatas dan tak cukup untuk meredam ancaman tarif. Saat ini, selain tiga bengkel Louis Vuitton dan beberapa fasilitas perhiasan Tiffany, kapasitas produksi LVMH di AS masih sangat terbatas. Portofolio bisnisnya sangat bergantung pada produk-produk made in France seperti barang kulit mewah, sampanye, dan minuman beralkohol.

Baca Juga: Trump Berikan Lampu Hijau Soal Negosiasi Tarif China

Salah satu fasilitas utama LVMH di Texas bahkan kerap dilaporkan sebagai salah satu lokasi produksi Louis Vuitton dengan performa terburuk secara global.

Dalam RUPS tersebut, para pemegang saham juga menyetujui perpanjangan masa jabatan Arnault, 76 tahun, hingga usia 85. Selain itu, LVMH mengonfirmasi kepindahan desainer Jonathan Anderson ke Dior. Anderson, 40 tahun, sebelumnya memimpin label Loewe dan akan menampilkan koleksi pria pertamanya untuk Dior pada Juni mendatang, dalam gelombang perombakan industri fesyen global.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: