Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Program Industri Hijau untuk NZE 2060

Program Industri Hijau untuk NZE 2060 Kredit Foto: Djati Waluyo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Guna mendorong terciptanya Net Zero Emission (NZE) tahun 2060, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menciptakan program industri hijau.

Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian, Muhammad Khayam, menjelaskan bahwa program itu nantinya akan menerapkan beberapa hal yang berkaitan dengan pengurangan emisi karbon. Salah satunya adalah dengan efisiensi penggunaan bahan baku.

Baca Juga: KLHK Harap Industri Berperan Aktif dalam Penurunan Emisi

"Dengan program itu, bagaimana sektor industri menerapkan hal-hal yang berkaitan dengan efisiensi penggunaan bahan baku, efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan air, dan juga meminimalkan limbah, kemudian memurunkan emisi gas rumah kaca, serta penerapan yang disebut sirkular ekonomi," ujar Khayam dalam diskusi virtual, Jumat (28/1/2022).

Khayam mengatakan, sirkular ekonomi di sini dapat diartikan memanfaatkan emisi yang dikeluarkan dari proses produksi.

"Jadi sirkular ekonomi itu sebenarnya bisa menurunkan emisi gas rumah kaca karena bahan baku tersebut masih bisa dimanfaatkan, karena disirkulasi, dimanfaatkan kembali. Itu akan menurunkan emisi gas rumah kaca tentunya," ujarnya.

Selain itu, Kemenperin juga sedang memanfaatkan bahan nabati menjadi lebih berguna dan berimisi rendah, salah satunya adalah gasifikasi nabati.

"Gasifikasi ini nantinya hampir serupa dengan gasifikasi batu bara. Jadi, prosesnya hampir sama dan akan dihasilkan syngas yang nantinya bisa diubah menjadi gas H2 dan CO dan selanjutnya bisa menjadi metanol dan amonia," jelasnya.

Sebagaimana diketahui, metanol menjadi olefin atau bahan baku untuk membuat plastik. Khayam melanjutkan, pihaknya juga sedang mengembangkan pemanfaatan nabati yang berasal dari crued palm oil (CPO) menjadi bahan bakar minyak.

"Kita memanfaatkan nabati (CPO) diubah menjadi diesel 100 persen, bensin 100 persen, kemudian juga avtur 100 persen. Salah satu produk lainnya adalah nafta, padahal nafta selama ini diproduksi dari turunan minyak bumi," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: