Omicron Menghantam, Begini Tren Pendidikan di Asia Tenggara Pada Tahun 2022
Jack Brazel mengungkapkan bila tren lain adalah meningkatnya akses yang adil bagi sumber daya dan teknologi untuk memberdayakan siswa.Pelajaran dan penilaian yang awalnya dirancang untuk kelas tatap muka diubah dengan terpaksa agar sesuai dengan pengaturan pembelajaran jarak jauh.
Selain itu, di wilayah yang kurang berkembang, infrastruktur TI yang tidak dapat diandalkan dan akses yang tidak merata ke teknologi telah menghambat penerapan pembelajaran jarak jauh selama pandemi.
Dihadapkan dengan sumber daya yang terbatas dan tekanan yang meningkat untuk memenuhi tujuan pembelajaran, beberapa siswa merasa kewalahan dan bahkan melakukan pelanggaran akademik seperti plagiarisme atau kecurangan kontrak.
“Ke depan, lembaga pembelajaran dan pemerintah di kawasan ini akan memperkenalkan perubahan pada sistem pendidikan untuk meningkatkan akses yang setara ke teknologi dan sumber daya, untuk memastikan tidak ada siswa yang tertinggal,” ungkapnya.
Baca Juga: Orbit Future Academy Luncurkan Program Pembelajaran Artificial Intelligence Gelombang ke-2
Jack Brazel mengatakan bahwa personalisasi pendidikan untuk proses belajar yang lebih baik termasuk tren di 2022. Dengan penggunaan teknologi pendidikan yang mendukung peralihan ke pembelajaran hibrida, ada peluang untuk mempersonalisasi dan menciptakan pengalaman yang berfokus pada pelajar.
“Untuk mencapai ini, sekolah dan universitas harus memanfaatkan analitik pembelajaran perangkat lunak untuk mengidentifikasi pola kinerja siswa. Dilengkapi dengan wawasan terkini, pendidik dapat mengurangi risiko siswa tertinggal. Memang, menggali nilai data ini adalah kunci untuk membangun rencana pembelajaran yang lebih personal di Asia Tenggara yang lebih memenuhi kebutuhan masing-masing pelajar,” kata Jack.
Baca Juga: Tahun 2021 Jadi Pembelajaran Penting Menghadapi Pandemi Covid-19
Proses penilaian kemampuan siswa akan berkembang seiring dengan perubahan tren. Penilaian tidak berubah secara signifikan selama bertahun-tahun, namun pandemi telah memaksa lembaga pembelajaran untuk memikirkan kembali pendekatan mereka. Agendanya adalah desain penilaian dan aktivitas pembelajaran yang lebih otentik dan kuat yang dapat sepenuhnya melibatkan siswa baik dalam ruang online maupun mode hybrid.
“Karena penilaian beralih dari sekadar menetapkan nilai, desain dan interpretasi penilaian juga akan mengintegrasikan metode untuk mengidentifikasi bagaimana dan kapan pembelajaran terjadi, untuk membantu pendidik dalam memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa dan meningkatkan desain pelajaran, pendekatan pembelajaran, dan kurikulum,” jelas Jack.
Perubahan besar akibat pandemi telah memicu pemikiran ulang tentang metodologi tradisional yang digunakan untuk mendidik siswa di dalam sistem.
“Dengan peningkatan fokus pada peningkatan pengalaman pelajar dan munculnya teknologi digital untuk meningkatkan modalitas pembelajaran, kita akan melihat lebih banyak peluang untuk berinovasi, memungkinkan sistem pendidikan untuk menanggapi kebutuhan dunia modern,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: