Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Warning dari Lo Kheng Hong: Saham Gak Kenal Ampun & Belas Kasihan, Stop Percaya Pom-Pom Influencer

Warning dari Lo Kheng Hong: Saham Gak Kenal Ampun & Belas Kasihan, Stop Percaya Pom-Pom Influencer Kredit Foto: Sudut Energi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Investor ritel mengalami kenaikan drastis selama pandemi Covid-19 atau dalam dua tahun terakhir. Para pendatang baru yang didominasi kaum milenial berbondong-bondong terjun ke bursa saham. Mengenai fenomena tersebut, bagaimana tanggapan Lo Kheng Hong?

Lo Kheng Hong menilai, kenaikan jumlah investor milenial secara drastis salah satunya didukung oleh kemudahan yang diberikan oleh perusahaan sekuritas. Bagaimanapun, seseorang dengan dengan setoran modal Rp100.000 pun kini bisa berinvestasi dan menjadi investor di bursa saham. Baca Juga: Lo Kheng Hong Gak Berani Colek Saham Bank Digital: Bagi Saya Itu Sangat Mengerikan!

"Ada kemudahan dari perusahaan sekuritas. Jadi kalau mereka setor uang Rp100.000 saja sudah bisa membuka rekening (saham)," ungkap Lo Kheng Hong dalam bincang virtual melalui akun Instagram BCA Sekuritas, disimak pada Rabu, 9 Februari 2022.

Meskipun begitu, Warren Buffett-nya Indonesia ini menyampaikan ada hal penting lain yang perlu diperhatikan investor milenial saat terjun ke dunia saham. Lo Kheng Hong menekankan, investor harus tahu betul saham apa yang dibeli sehingga tidak seperti membeli kucing dalam karung. 

"Tips dari saya, kita harus tahu saham apa yang kita beli. Jangan beli kucing dalam karung karena bursa saham tidak kenal belas kasihan, tidak pernah memberi ampunan kepada orang yang tidak tahu apa yang dia beli," tegasnya lagi.

Hal tersebut utamanya ditujukan bagi para milenial yang tak jarang membeli saham dengan mengandalkan pom-pom dari para influencer. Alih-alih demikian, Lo Kheng Hong mengajak investor milenial untuk melakukan riset sendiri, mulai dari membaca laporan keuangan, mengetahui pemilik perusahaan, bidang bisnis perusahaan, kinerja keuangan, serta valuasi dari perusahaan tersebut.

"Jangan beli kucing dalam karung, kita tidak tahu apa yang kita beli. Kita membeli saham hanya dengar dari teman atau dari influencer, dari tukang pom-pom. Biasanya mereka itu merekomendasikan perusahaan yang jelek dan mahal," pungkas Lo Kheng Hong.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: