Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tugaskan Gurita Bisnisnya Garap Batu Bara, Hary Tanoe Blak-blakan Bilang Bisnis Ini Untungnya Besar!

Tugaskan Gurita Bisnisnya Garap Batu Bara, Hary Tanoe Blak-blakan Bilang Bisnis Ini Untungnya Besar! Kredit Foto: Ist

IATA Akuisisi BCR

IATA diketahui berencana mengambilalih 99,33% saham PT Bhakti Coal Resources (BCR) dari PT MNC Investama Tbk (BHIT).  IATA pun akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue untuk menyelesaikan proses pengambilalihan BCR dari BHIT. Di mana, nilai akuisisi BCR mencapai sebesar US$140 miliar atau sekiitar Rp2 triliun.

BCR merupakan perusahaan induk dari sembilan perusahaan batubara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. 

Dimana, didalamnya terdapat PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC) dan PT Putra Muba Coal (PMC), keduanya sudah beroperasi dan aktif menghasilkan batubara dengan kisaran GAR 2.800 – 3.600 kkal/kg. Dengan total area seluas 9.813 ha, BSPC memiliki perkiraan total sumber daya 130,7 juta MT, sementara PMC memiliki 76,9 juta MT, dengan perkiraan total cadangan masing-masing sebesar 83,3 juta MT dan 54,8 juta MT. 

Selain itu adapula PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) dan PT Arthaco Prima Energi (APE), keduanya ditargetkan untuk memulai produksi batubara dalam tahun ini. 

Ditambah lagi, PT Energi Inti Bara Pratama (EIBP), PT Sriwijaya Energi Persada (SEP), PT Titan Prawira Sriwijaya (TPS), PT Primaraya Energi (PE), dan PT Putra Mandiri Coal (PUMCO) yang sedang disiapkan untuk beroperasi dalam satu atau dua tahun dari sekarang. Tujuh IUP dengan luas 64.191 ha ini memiliki estimasi total sumber daya sebesar lebih dari 1,4 miliar MT. 

“Jadi nama perusahan berubah jadi MNC Energy Investments dan jadi investment holding dari yang paling besar adalah yang diakusisi yaitu BCR merupakan 9 IUP dengan total sumber daya 1,6 miliar metrik ton. Ini akan menjadi bisnis penting untuk mnc grup jadi akan dibesarkan sehingga akan dikembangkan bisnis batu bara end to end,” ungkap Hary. 

Baca Juga: Manuver Perusahaan Milik Hary Tanoesoedibjo Sikapi Kerugian: Banting Setir ke Bisnis....

Hary menyebut jika produksi BSPC dan PMC pada tahun 2021 mencapai 2,5 juta metrik ton, menghasilkan pendapatan sekitar USD 74,8 juta dengan EBITDA US$33 juta. 

Pada 2022, BCR telah memperoleh ijin untuk meningkatkan produksi hingga 8 juta metrik ton. Dengan estimasi harga batubara terus menguat dan target produksi tersebut tercapai, kinerja keuangan IATA tahun 2022 diperkirakan akan sangat baik, dengan ekspektasi peningkatan pendapatan hingga 3x lipat dari tahun 2021, setelah mengalami kerugian sejak tahun 2008

“Tahun 2021 pendapatan sebelum diakusisi itu hampir Rp1,1 triliun, dengan produksi 2,5 juta metrik ton. Kalau 2022 bisa 8 juta metrik ton produksinya artinya tinggal kita kalikan tiga aja minimal. Jadi pendapatan bisa Rp3 triliun lebih dan positif tentunya labanya juga sangat besar,” tutur HT. 

Sementara itu terkait bisnis transportasi, Hary menegaskan IATA tetap akan menjalankan bisnis tersebut. Pasalnya perseroan melakukan pengalihan aset transportasi udara kepada salah satu anak usaha IATA yang dimiliki 99,99% yakni PT Indonesia Air Transport (IATA), yang juga telah mengantongi Sertifikat Operator Pesawat Udara dari Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 

“Bisnis pernerbangan yang dimiliki IATA tetap dipertahankan tapi tidak dibesarkan dulu. karena penerbangan lagi sulit karena bukan penerbangan reguler komersial tapi carter dan jet termasuk ATR,” jelasnya. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: