Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hingga Februari 2022, Rupiah Alami Depresiasi 0,73%

Hingga Februari 2022, Rupiah Alami Depresiasi 0,73% Pekerja menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Rabu (5/1/2022). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore ditutup melemah 58 poin atau 0,41 persen ke posisi Rp14.371 per dolar AS dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.313 per dolar AS yang dipicu antisipasi pelaku pasar terhadap pengetatan kebijakan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve pada tahun ini. | Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa nilai tukar Rupiah terjaga di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat.

Nilai tukar Rupiah pada 9 Februari 2022 menguat 0,17% secara point to point meski melemah 0,27% secara rerata dibandingkan dengan level Januari 2022.

Perkembangan nilai tukar Rupiah tersebut ditopang oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing dan pasokan valas domestik, persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, dan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar Bank Indonesia. Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Menguat terhadap Dolar AS dan Mata Uang Asia

"Dengan perkembangan ini, Rupiah sampai dengan 9 Februari 2022 mencatat depresiasi sekitar 0,73% (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021, sejalan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Filipina (0,71% ytd), India (0,65% ytd), dan Korea Selatan (0,62% ytd)," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (10/2/2022).

Ke depan, lanjut Dia, nilai tukar Rupiah diprakirakan tetap terjaga didukung oleh kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang tetap baik, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang berlanjut.

"BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental ekonomi, melalui langkah-langkah mendorong efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: