Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

UAH Nanya Tuhan Orang Mana, Eh Habib Kribo yang Nyahut: Pertanyaan Bodoh!

UAH Nanya Tuhan Orang Mana, Eh Habib Kribo yang Nyahut: Pertanyaan Bodoh! Kredit Foto: Instagram/Habib Kribo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Habib Zen Assegaf alias Habib Kribo benar-benar tidak terima dengan pernyataan Ustadz Adi Hidayat (UAH). Penceramah kondang itu baru-baru ini bikin heboh dengan pertanyaan kontroversial yang menanyakan Tuhan orang mana.

Menurut Habib Kribo, pertanyaan model begini tidak seharusnya keluar dari mulut seorang pemuka agama. Ini pertanyaan terlampau bodoh, pertanyaan ini lanjut Habib Kribo mengkonfirmasi jika pemahaman UAH tentang konsep Ketuhanan masih dangkal sekali.

"Pertanyaan bodoh mengatakan Tuhan orang mana? Selevel ustad cukup tenar tapi lemah pemahaman akan ketuhanan, pantes memaksakan Islam bau arab (arabisasi Tuhan)" kata Habib Kribo dilansir Populis.id dari laman instagram pribadinya Kamis (10/2/2022).

Baca Juga: Pengamat Bongkar Doa Anak Buah Prabowo, Sebut Anies Baswedan 

Habib Kribo lantas bertanya dengan mensifati tuhan dengan sifat mahluk.

"Tuhan tidak tuli, Tuhan tidak punya kuping?" kata dia.

Adapun pertanyaan kontroversial UAH itu sebetulnya dilontarkan sebagai respons atas pernyataan KSAD Jendral TNI, Dudung Abdurachman dan pemikir Islam, Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) yang menyebut Tuhan bukanlah orang Arab.

UAH mengatakan, cara berfikir Jenderal Dudung dan Cak Nun justru keliru, dia lantas menanyakan jika bukan orang Arab, lalu Tuhan orang mana.

“Sekarang kita baca dengan nalar dulu. Ini bisa kita uji dengan pertanyaan. Jadi, menguji benarnya pernyataan salah satunya dalam ilmu logika dengan pertanyaan. Salah satu contohnya Anda mengutip pernyataan Tuhan bukan orang Arab, lantas orang mana? Bisa terjawab gak?” sambungnya.

Menurutnya, jika pertanyaan tersebut tak bisa dijawab, berarti apa yang disampaikan Cak Nun dan Dudung sejatinya tak benar, alias keliru.

“Kalau itu melahirkan kebingungan, maka pernyataan yang dibangun rapuh, karena sifat akal itu mengejar hingga bisa ditangkap dengan nalar dianggap sebagai kewajaran dan dengan kewajaran itu ditransformasikan kepada jalan pikiran kita dan membimbing ekspresi tubuh kita untuk bersikap,” tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: